Saturday, October 28, 2017

Kau!

Fiksimini :

Malam itu bulan nyaris tak terlihat tapi Segara mampu menangkap lengkung tipis yang seolah berpendar di dalam matanya.

Dia tahu, bulan pun ada di pihaknya.

Percakapan Dua Perempuan

Fiksimini

Satu satunya hal yang aku ingat adalah ketika kau pinta aku jadi milikmu dan aku menjawa, ya.

Ada genang di kedua bola mata dua wanita. Yang duduk saling berhadapan dan memiliki keingan sama, harapan sama, impian sama, cinta yang sama.

Kali ini keduanya tidak menyiratkan benci tapi justru duduk berdiskusi. Yang satu tangannya selalu mengusap perut yang membuncit, mencoba menenangkan kehidupan di balik tiga lapis daging itu. Juga ingin menunjukkan bahwa dia lebih berhak atas lelaki mereka. Yang lain tak berkedip, menatap cincin pada jemarin yang masih terus bergerak di atas perut.


"Aku seperti meminjamkan rahim untuk spermanya. Andai saja bisa aku kembalikan. Akan aku lakukan sekarang."
"Tinggallah dulu dia​ rumahku. Selain pada rahimu, di juga butuh rumah yang lain."
"Aku tidak bisa."
"Kenapa?"
"Karena pada tiap lekuk tubuhmu aku selalu terbayang malam itu. Juga deru napas yang memburu."

Perempun tak bercincin itu menghela napas sesak. Harusnya itu yang dia katakan lantaran si lawan bicara justru menyunggi bukti pada dirinya. Dia bawa ke mana jua. Memperlihatkan keberpihakan bahwa yang harus mengalah adalah, dia. Si perempuan tanpa cincin. Hanya karena perutnya tidak membuncit.

"Sialan kau! Berapa wanita yang kaujadikan penitipan benih. Kau kira perut kami sekolah bagi anak-anakmu?!"
"Biar aku jelaskan."
"Perihal apa? Prosedur bagaimana kaujadikan kami mesin pencipta bayi!"
"Kamu tidak hamil, Sayang."
"Dan itu sebabnya aku harus mengalah?"
"Aku bisa meninggalkannya."
"Dan anakmu?!"
"Tetap jadi anakku."
"Iblis! Rahim kami bukan tabung sperma!"
"Aku mencintaimu."
------

"Setelah bayi ini lahir, aku akan meninggalkan dia!"
Perempuan tak bercincin itu menghela napas. Kenyataannya, nasib pahit bukan hanya milik mereka berdua. Tapi juga pada kebencian yang menghuni perut wanita di hadapannya.
"Jangan. Aku bukan ibu dari anak kalian."
"Lalu bagaimana?"
"Kita bedua akan sama-sama bertahan!"
"Apa?!"

Friday, October 27, 2017

Rahim Pinjaman



Akasia.
Gadis itu kerap menatih diri seolah pada bahunya duduk rasa perih atas perbuatan saudara-saudaranya, orang tuanya.

Lembah kesakitan yang menuntun kaki telanjang menyita segala detik dan detak yang kisruh. Perang saudara yang kerap membuat dia berlari turun menemui orang tua yang telah lama berpisah.

Wednesday, October 4, 2017

Nostalgia



Bukankah kita menjalani hari ini untuk bertemu hari esok? Bukankah kita menjalani hari esok untuk menjalani hari lusa? Bukankah lusa kita lewati untuk bisa bertemu dengan hari tulat? Pun seterusnya?
Entahlah! Sepertinya bukan hanya itu karena setiap rencana tercipta dan tak bisa terselesaikan dalam 24 jam saja.

Saturday, September 30, 2017

Soto Sumur

Naskah ini telah saya ikut sertakan dalam lomba Sastra dan Seni FIB UGM 2017

            Tardi enggan untuk sekadar duduk di depan warung yang seolah berubah sekejap menjadi seperti rumah makan. Walau dalam hati dia ikut mengucap syukur, pelanggan Soto Sumur tidak sama enggan dengan dia, untuk naik ke lantai dua. Warung itu masih tetap ramai orang-orang necis, seperti biasa. Sudah delapan bulan, hampir seperti usia kandungan, Soto Sumur tutup dari kios di pasar —pindah ke depan rumah Udin, pemilik warung. Untung tidak sampai gulung tikar.

Wednesday, August 2, 2017

Perempuan Itu (Suara Merdeka - 30 Juli 2017)

Cerpen karya Rahmy Madina Suara Merdeka 30Juli 2017


TANAH perkuburan itu masih basah dan gembur. Jejak langkah para peziarah bahkan belum sampai tersapu, dan kemuning yang tertancap ragu-ragu rubuh. Di bawah mereka ada jazad yang baru semayam, beberapa waktu lalu berpulang. 

Hening masih tetap hening. Tiada terjerat isak, tiada terbelenggu duka nestapa. Sementara Buyung lelap dalam dekap. Belum melepaskan puting yang sejak tadi dia isap. Itulah yang menjadi senjata bagi Hening untuk tidak ikut mengantar sampai dekat pusara. Pada detik ini, kesetiaan dia akhirnya teragukan. Betapa tidak? Selama ini tak ada yang percaya perempuan itu benar-benar menaruh cinta. Mereka menganggap segala macam tindakan dia dusta belaka.

Sunday, July 30, 2017

Diam


Dinding dan kenang
Yang sama-sama mengkristal terdiam

Monday, July 24, 2017

Diandra - Kita Mulai dari Awal


12 Februari 2014

Matahari seolah tak menyisakan dingin. Terbabat habis sisakan kering. Tapi aku tetap memesan kopi, panas. Sama seperti matahari siang ini, aku tak ingin sedikit saja kedinginan. Panas biar bertambah panas. Bening cukup tidak tahu diri untuk ikut ke rumah sakit guna riset data. Ini kepentinganku. Dan sejak aku seumur kencur, tak pernah ada satu orang pun yang ikut! Aku selalu seorang diri, kecuali benar aku yang meminta.

“Cuma rumah sakit, dan kamu nggak ngebolehin aku ikut?! Keterlaluan! Aku pacarmu, Diandra.”

“Pacar, bukan bodyguard. Bedakan!”

Friday, July 14, 2017

Biru



2 Februari 2016

Langit masih gemeluduk. Jogja tak menyisakan kering sedikit saja. Rata basah dan dingin. Jalanan depan penginapan sepi, tak ada lalu lalang. Paling satu kali tukang siomay hokie atau orang berpayung sambil menenteng bungkusan. Lapar memang, tapi tak masalah. Ada persediaan roti, keju, dan saus pasta di dalam kulkas. Selama Biru di sini, mau hujan selama apapun, aku tenang.

"Kenapa aku tidak bertemu kamu saja langsung. Kenapa harus lewat Bening."

Thursday, July 13, 2017

Mengantarkan Jawaban


Diandra, Biru, dan Bening akan kami suguhkan dalam bentuk potongan-potongan kisah (seperti cerpen) tapi bersambung. Semoga bisa diterima sebagai karya. Selamat membaca. 


12, Januari 2014


Aku tahu siapa orang yang melempar penghapus ke arahku dan senyumku lantas mengembang. Masih berlanjut, rupanya.

Ini hujan yang entah keberapa di bulan Januari. Menyisakan lembap dan sedikit kenangan hangat. Bening mengernyit, menghampiriku sambil menyodorkan deret pertanyaan yang sungguh, tidak aku suka. Sudah seminggu ini dia getol sekali memintaku menjadi kekasihnya sementara hatiku, hambar.

Perjalanan Impian (penggalan-penggalan cerita)


Diandra, Biru, dan Bening adalah tokoh yang aku ciptakan entah sejak kapan. Lama sekali mereka nangkring dan aku serasa mengenal betul mereka. Beberapa komentar dan pertanyaan kerap nangkring dan mendarat di kotak pesan, siapa mereka? Kisahku kah? Bukan. Kali pertama menciptakan mereka sebenarnya iseng saja. Kok lantas mewujud pada ceritaku sendiri sampai akhirnya aku bertemu dengan Biru, sungguh ini bukan aku sengaja

Akhirnya terpikirkan untuk membuat penggalan-penggalan kisah mereka yang sudah terangkai dalam otakku. Membawa kalian ke cerita mereka bertiga yang apa adanya dan ini, fiksi belaka. 😄

Selamat membaca ❤


-------------------------------
Bagian pertama
Perjalanan Impian
(Memulai segala tentangmu, Biru)


Pagi tak pernah menyisakan cerita yang sama. Bukankah setiap malam kita selalu bicara dan hampir tak pernah lupa menangis?

Ini hari ke 700 aku dan Bening berpisah. Dua tahun mestinya sudah mengubur segala rasa. Tapi ucapan selamat pagi masih tergantung di bibirnya bersama dengan pengharapan akan rasa yang berbalas. Sudah kujelaskan, rasa itu tuntas kubayar perpisahan. Ternyata meninggalkan selega ini. Untuk seseorang yang keberadaannya begitu mengganggu, membuat otak rasanya menimbun argumen kasar yang berjubal, dan mesti terungkap. Ternyata pergi selega ini. 

Dua tahun mestinya waktu yang pas untuk menyelesaikan semua. Bening bukan laki-laki yang baik, untuk aku. Aku menyudahinya, dan ini hariku.

Semua berawal dari perjalanan pertamaku di Solo dan mirrorless yang tergantung pada leherku yang telanjang.

“Solo itu eksotis, kamu harus Cobain pakai kain batik harga emperan.”
Aku terdecak. “Aku baru putus.”
“Bagus!” 
Tepat, itu jawaban yang paling aku inginkan. Tak ada ucapan maaf menggelantung tak benar-benar terucapkan atau wajah melow yang sebenernya, ah nggak perlu.
“Jadi?”
“Jadi, Diandra. Aku ingin mengajarkan kamu cara paling tepat mengeja kata bebas.”

Aku terkekeh dan menepuk lengan Biru sambil sekuat tenaga menyisakan bahagia yang masih saja melingkar-lingkar di dada. Pertemuan ini adalah rencana yang sudah aku impi-impikan.

Friday, June 9, 2017

Di Balik Dahan Kering (Untuk Kak Stella) ^^


Di Balik Gundukan Dahan Kering
Cerpen Rahmy Madina


Ada yang berbeda terjadi dalam hidup dia, setelah lembaran putih itu Ibu terima dari Dokter Heri. Segala macam sistem hidup, rotasi dan revolusi dunia dalam diri gadis kecil ini berubah. Semua mata seolah memandang dia adalah satu-satunya orang paling aneh yang berdiri di bumi. Seolah! Tapi kata seolah itu menjalar begitu cepat dan menguasai semua imajinasi yang rapi terbangun di alam bawah sadar gadis itu. Maka tiap kali berjalan, dia akan sigap menangkap semua mata yang lagi-lagi, seolah hanya memandang kepada dia. Tidak ada satu pun orang yang bisa mengerti. Dunia ini penuh dengan mata yang menghakimi dia, atau segala macam rasa nyeri yang selalu dia tanggung. 

Wednesday, May 31, 2017

Untuk Kamu (Yang semalam enggan terpejam)


Dari sekian banyak doa yang terapal oleh kita.
Semoga ada satu dari doa kita yang bertemu.
Menembus dan bertempur dengan takdir di atas langit.
Sekali ini aku ingin tengelam dalam lautan doamu.

Monday, May 29, 2017

That Doll (Cerbung Part #5)



Lizzi… help… help me… Lizzi…
Are you okay?” Mom menatap Lizzi lekat-lekat. Sejak Mom membantu dia mengenakan baju, pandangan mata gadis itu kosong. Kadang, secara tiba-tiba dia tersentak, seakan mendengar sesuatu.

Saturday, May 27, 2017

Puisi Cinta Ini


Puisi ini tercipta karena cinta.
Yang pada setiap dinding tersemat rindu.
Entah hanya rinduku atau juga rindumu.
Yang membeku, tak tahu kapan bertemu.

Friday, May 26, 2017

Curhatan #Kelas Menulis (Biarkan Mereka Tetap Ada)




Biarkan Mereka Ada.

Ya, bener banget. Biarkan mereka semua ada sebagaimana harusnya mereka ada.

Haiiii 
Selamat bermalam Ramadhan. Semoga ibadah di bulan suci ini lebih lancar dan lebih dekat pula kepada Allah ya teman-teman. Mulai deh, atur rencana apa aja yang mau dicapai pada Ramadhan kali ini. Biar (siapa tahu) malah bisa diteruskan sampai Ramadhan selanjutnya dan selanjutnya. Amin ^^

Begini, aku ingin membagikan sesuatu yang menurutku perlu kalian tahu. Apa tuh? Itu tuh, soal mereka yang harus kita biarkan selamanya ada. 

That Doll (Cerbung Part #4)


"Take me with you and I'll be your best friend, forever!"


          Lizzi terbangun dalam keadaan tubuh basah keringat. Tanpa perlu menyeka mata, pandangan dia sudah mengawasi ke segala arah. Mencari-cari sosok Grandpa bertongkat dan kedua bocah yang tidak dia kenal. Ada yang aneh dengan dia. Ada yang aneh dengan boneka yang dia temukan. Dan bagaimana pula caranya dia bisa tidur di loteng? Siapa yang memindahkan? Ginni? Gadis itu. Mimpi semalam terasa nyata dalam ingatan Lizzi.

Wednesday, May 24, 2017

Kehilangan dan Menemukan




Panas siang itu membawaku pada tatapmu.
Kita bedua saling berdiri dan melempar luka.
Mengingatkan satu sama lain bahwa kita berdua kalah pun menang.

Tuesday, May 23, 2017

Antara Detik dan Karma


Karma!
Aku ataupun kau harusnya menyadari, detik berdetak tak hanya pada tangan kita. Sekeras apapun kita mencoba membuatnya beku, kita bukan pengendali waktu!

Cinta itu Kita. Aku dan Kamu.


Cinta itu apa? Cinta itu kita.
Aku dan kamu.
Cinta bukan sekadar pemuas nafsu.
Cinta tak selalu soal kepuasa fisik, tercukupi dahaga akan kebutuhan seksualitas.

Monday, May 22, 2017

Romeo Juliet? Lewat!



Hai, sore semua.
Sore ini aku bener-bener dibikin nangis sama kiriman tiba-tiba ini.
Kalau dapet pertanyaan, sejak kapan aku mengenal cinta? Dari siapa?
Jawabannya tak lain dan tak bukan adalah bahkan sejak sebelum aku lahir. Dari orang tuaku tentu saja.
Buat aku sendiri mereka selalu luar biasa. Beruntung Allah menitipkan ku kepada mereka.
Lebih daripada tepat. 😊

Sunday, May 21, 2017

Terjaga

Fiksi Mini
Dini itu
Segerombol angin menyibak tirai jendela kamarku
Seperti mengingatkan, purnama tiba tepat pada waktu yang dijanjikan

Saturday, May 20, 2017

Kelas Menulis #7 (Menulis itu Serangkaian Kegiatan Membaca)



Haii haii haii
Selamat malam Mingguuuu ^0^

Kelas lagi yuuuukkk
Kali ini aku mau bahas soal menulis dan membaca? 
Siapa sih sebenarnya mereka? Kok aku bahas terus nggak ada habisnya. Berasa super model aja. Loh, lebih daripada itu! 

Yuk, kenalin sama dua hal paling asyik di dunia ini. haha :D

Menulis itu bukan hanya soal menggores tinta di atas kertas. Menulis itu bukan soal menuangkan kalimat demi kalimat, memolesnya jadi cantik kemudian melabeli tulisan itu ke dalam salah satu jenis karya sastra. Lebih daripada itu, menulis harus dilandasi dengan dasar kesadaran mengapa kita menulis.

Salah seorang dosen yang merangkap jadi teman ngobrol dan teman diskusi pernah bilang ini, menulis itu mengemban tugas kenabian. Karena kita sebagai penulis menyampaikan kalam yang kita dapat dari semesta ini. Maka memutuskan untuk menjadi penulis adalah keputusan yang besar tanggung jawabnya. Segala macam kebutuhan pembaca, imajinasi mereka, tindak laku mereka bisa mengikuti dari apa yang kita tulis?

SENA (Cerpen)





Ruangan ini cukup terang. Tapi tidak lebih terang dari loteng yang terkena sinar matahari, yang secara terang-terangan masuk menembus kaca kusam berdampingan di sisi kiri. Sena pernah mengajakku ke sana. Aku tahu detail isi rumah ini sefasih Sena mengetahuinya. Lantai kayu yang berdenyit, suara mesin jam ukuran besar di ruang tengah yang menggema, juga mainan yang berserakan di mana-mana. Semua itu terlalu mudah untuk dihafal sejak sepuluh tahun silam. Tidak ada yang berubah di sini. Termasuk kebiasaan Sena membuka pintu dengan sedikit hentakan, disusul dengan teriakan melengking yang berbunyi, “aku pulaaaaaaaang!!” saat pulang sekolah. Aku jelas lebih menghafalnya dibandingkan siapapun. 

That Doll (Cerbung Part 3)


Mata dingin itu menyejuk, tidak menusuk. Lizzi berusaha tetap mengatur napas. Akan jadi masalah paling besar selama hidup kalau Mom tahu, dia menyembunyikan boneka di bawah bantal putih bersih yang sekarang dia gunakan untuk bersandar. Setelah merapikan tirai kamar Lizzi dan melipat selimut putih yang kemudian dia gantungkan pada jemuran kayu di sisi ruangan, Mom duduk di ranjang Lizzi. Entah untuk keberapa kali, karena ini terlampau jarang, senyuman Mom menular.
Sambil mengusap rambut Lizzi, Mom berkata, “Kau memiliki mata Dad. Sejuk. Seperti padang rumput ketika Mom mebaca sebuah dongeng. Membuat setiap yang memandang ingin berlama-lama singgah di sana.”
“Benarkah?” Lizzi bertanya penuh keharuan.
Mom mengangguk. “Mom sayang sekali padamu, Elisa.” Wanita itu mengecup kening Lizzi lembut, kemudian kembali berkata, “Time to sleep. You need to take a rest. Still remember. No lazzy, no rush,…”
Not to be late, no crazy think, and no lying. I Know, Mom. That’s on my mind.” Lizzi menirukan ucapan Mom dengan fasih.

Friday, May 19, 2017

Resensi (Cerpen Indra Tranggono - Menebang Pohon Silsilah)



Cerpen Indra Trannggono, Yogya 2012
“Menebang Pohon Silsilah” – Kompas 17 Februari 2013

Terima Kasih



Hai... 😄
Selamat pagi.

Serius ini pagi di tempat aku "ndeprok" sekarang indah bukan main. Jadi pingin banget cerita-cerita. 

Ada begitu banyak hal juga yang rasanya ingin aku bagi dan sebenarnya pingin banget denger juga dari kalian. Hehe

Jadi boleh banget kalau bisa tukar pengalaman. Lewat komen misal. Atau hubungi aku langsung secara peibadi. Aku terbuka buat siapa aja, dan "tersebar" di mana (haha) dalam artian, aku mencoba buat segampang-gampangnya ditemukan. Sekalipun lewat sosmed. Karena buat aku syaring itu asyik. Aku sukak. 😍

Postingan kali ini aku pingin banget curhat soal orang tua. Pasti kita semua pernah mengalami masa di mana kita merasa orang tua itu menyebalkan. Dan aku sudah menyiapkan kemungkinan anak-anakku kelak akan merasa seperti itu. 

Thursday, May 18, 2017

Aku!



Sekarang aku tahu, yang kamu ceritakan padaku hanyalah sepenggal dunia yang kamu baca.
Bukan apa yang kamu tulis.
Tiba-tiba saja aku menyadari sesuatu, kamu tengah menyuguhkan dongeng yang kamu dapatkan dari buku-buku yang kutahu darimu berjejer rapi di kamar bacamu, yang entah bisa ikut aku singgah atau sengaja kamu sembunyikan.

That Doll (Cerbung Part #2)


    “Hmm… smells good, doesn’t it? Can I have some, Grandma?
    Granny tersenyum. Kedua tangannya tangkas memotong pie buah dengan pisau besar yang tajam. 
   “Yes, of course honey.” Lizzi bersemangat. Beberapa saat dia menoleh mencari piring dan garpu. “What are you looking for? Just eat this.” Ujar Granny sambil menunjukkan sepotong pie yang ada di nampan besar. Pie yang sudah dipotong menjadi beberapa bagian dan siap masuk ke dalam mulut.
   “Mom bilang, perempuan harus makan dengan cara yang baik.”

Wednesday, May 17, 2017

Kelas Menulis #6 - Tips Menulis Cerita


Penguatan Tokoh

Haiiii
Selamat Malam. 😄
Sebenarnya, malam itu paling asyik buat menyulam harap, membungkus mimpi. Kalau mimpinya dengan mata terbuka dan dengan sedikit usaha, nggak lama lagi lah mimpi itu bisa nyata. 😊

Jadi, gimana ceritaku tadi? Semoga asyik yaa. Tunggu kelanjutannya besok pagi ya kawan kawan.😘

Kali ini aku mau bahas soal pengarakteran lagi.
Gimana sih cara biar karakter yang ada pada cerita kita kuat?
Begini.

That Doll (Cerbung Part 1)



Cerita saduran ini berawal dari obrolan panjang tengah malam dan bersambung ke malam selanjutnya dan malam-malam yang akhirnya membuat saya dan Mbak Nova Amalia setuju untuk menuliskan segala macam imajinasi kami yang "liar" (kami berdua suka melamun dan menghayal sebuah cerita tetang anak kecil yang aktif dan kehidupan mereka yang menarik) Terima kasih, setiap kerja sama yang saya lakukan dengan dia, Kakak sekaligus teman curhatku, selalu membuahkan hasil entah apa saja macamnya, termasuk cerita ini. Bagiku, segala macam imajinasinya luar biasa. ^^
Semoga bisa diterima yaa...

Selamat membaca ^^
Love _ Amy & Nova

Monday, May 15, 2017

Andai Bisa


Andai saja bisa, aku ingin meminjamkan perasaanku kepada kamu, sekali saja.
Memintamu ikut merasakan bahagia dan cintaku kepada kamu yang tak sanggup lagi aku temukan padu padannya.

Sunday, May 14, 2017

Kelas Menulis #5 - Tips Menulis Cerita (Edisi Tokoh d/a Penokohan)


Haiiiii 😄

Malam semua...

Semoga kita semua selalu baik-baik saja ya. Jadi bisa saling memberi manfaat. Udah berapa pekan ya aku belum nerusin Kelas Menulis? Berasa udah lama banget.

Di postingan ini aku mau nerusin ke pengarakteran.

Saturday, May 13, 2017

Membacamu

Fiksi Mini.

Sudah tiga hari ini, Diandra begitu asyik menghabiskan waktu dengan buku. Aku sampai tak tega bahkan hanya sekadar mengetuk pintu kamarnya. Sudah berkali-kali aku menguntit, buku yang dibacanya sudah empat kali berganti. Di samping tempat tidurnya, tertumpuk beberapa jenis buku yang hendak dia lahap.

Thursday, May 11, 2017

Mereka itu, Malaikat Tanpa Sayapku



Hai hai
Malam semua 😊
Aku lagi nggak tau nih. Kok berasa lama banget nggak curhat sama kalian. Juga suasana hati lagi entahlah. Mungkin karena dari kemarin lagi ngerasa capeeeek banget. Capek tenaga capek pikiran. Tapi mudah-mudahan selalu sehat. Aamiin

Wednesday, May 10, 2017

Kamu yang Bersemayam

Karena bertahan adalah cara terbaik untuk menjaga kamu dalam dekap semestaku.

Monday, May 8, 2017

Pernahkah Kalian Jatuh Cinta?



Pernahkah kalian jatuh cinta?

Jatuh yang nggak sakit, karena pakek cinta. Malah rasanya nggak apa-apa meski harus jatuh lagi dan lagi. 

Friday, May 5, 2017

Sajak di Kursi Asmara



Bertahanlah wahai cinta.
Meski aku tahu, ingin rasanya kau berbagi suka dan duka.
Membagi rasamu.
Denganku, dengan hatiku, dengan inginku.
Ada cerita yang tercekat belum mampu aku utarakan.

Bercerita Tentang Kamu



Aku menceritakanmu pada hujan.
Pada awan yang tergantung begitu rendah dari muka langit.

Thursday, May 4, 2017

Kelas Menulis #4 - Tips Menulis Cerita

Edisi SPESIAL – Membangun Rasa Penulisan Novel d/a Novelet

               
Hai, sore semua. :D

Gimana nih, udah dicoba belum membangun rasa cerita? Kalau semua yang udah aku jabarin bisa dilakukan terus menerus, insya Allah berkhasiat untuk karya kalian. Hehehe

Kamu Saja



Hujan siang tadi yang teduh dan begitu harmonis, mencipta tenang tidak hanya sekadar di batas ruang imaji, mengingatkan aku pada tatap matamu.

Wednesday, May 3, 2017

Gunung



Entah berapa lama kita tak lagi saling bersua.
Kamu dengan egomu. Aku dengan ketakutanku.
Sesekali, tatap mata dan halus tutur tegur sapamu, mampir ke ingatanku.

Kamu


Semua air, pasti muaranya ke laut.
Langit, laut, bulan. Memandang mereka selalu mencipta tenang yang tak mampu aku jelaskan. Tiba-tiba saja, merasuk. Mereka seperti memiliki dapur Tuhan yang entah di mana mereka letakkan.

Tuesday, May 2, 2017

Bersamamu


Hujan bukan tak tahu waktu.
Dia memiliki waktu paling tepat untuk jatuh meski hitungan kita tiada pernah akurat.
Hanya saja, kita terlalu tenggelam dalam makian padahal rintik belum bertansformasi jadi genangan panjang.

Kelas Menulis #3 - Tips Menulis Cerita


Membangun Rasa ke-3


Sore ^^
Kemarin dapat masukan, katanya terlalu panjang postingan kelas yang ke 2, okelah. Untuk postingan ini akan lebih aku padatin yah.

Sajak Ini - 2 Mei yang lalu



Bilik mesra, begitu kau menyebutnya.
Lenjeran bambu yang kau rangkai menjadi semacam tempat peraduan.

Monday, May 1, 2017

Ajarkan Saja!



Bukan lantas cobaan ketika kau berpulang dalam keadaan aku tengah mencoba sekali lagi meniti diri lewat kata-kata.
Dan berharap, suatu hari nanti ketika ini berhasil, aku ingin menyuguhkan bukti atas keyakinanmu, bahwa kita bisa.

Aku Membaca Maka Aku Menulis



Hai hai.

Tiga hari ini postingan berasa serius banget ya. Ngerasa tegang sendiri liat blogku. Rileks sebentar nggak papa kan, besok mulai tips-tips atau isi cerpen lagi deh boleh. Apa aja selama bermanfaat. Hehe

Apa kabar nih kalian dan karya kalian? Baik-baik aja kan? Semoga baik-baik selalu yaa. ^^

Jadi, aku pingin cerita-cerita soal tulisan. Kenapa kok sampek aku suka banget nulis.

Sunday, April 30, 2017

Kelas Menulis #2 - Tips Menulis Cerita


Membangun Rasa ke-2


Selamat Siang Kawan ^^

Semoga panas kali ini tidak lantas membuat kita panas, dan hati kita tetap terselubung sejuk. Amin.

Niatnya mau istiqomah banget bikin atau bagi-bagi tips seputar tulisan. Mudah-mudahan selain bisa beneran istiqomah, tulisanku juga bisa bermanfaat buat kalian yah :D
Gimana yang kemarin? Udah dicoba kah?

Kasur Tua Bapak

30 April 2017 1:38 WIB Category: SeratSmCetak
Cerpen Rahmy Madina (Suara Merdeka, 30 April 2017)
Kasur tua itu tergelar di pekarangan saat Bagus pulang sekolah. Bocah itu tersenyum. Dia berlari menghampiri kasur itu, memeriksa bagian yang bolong terkoyak tikus. Rumah mereka berdinding bambu. Tikus lapar mudah menembus dinding hanya dengan beberapa gigitan. Sudah berkali-kali Bapak menambal dinding, tapi tikus tak hilang akal menciptakan lubang baru. Heran, tikus zaman sekarang tak cukup melahap makanan, tapi juga doyan kayu lemari, gorden, sabun, serbet dapur, juga kasur tua Bapak. Mengeluarkan kasur seakan jadi tradisi mereka. Tradisi Bapak lebih tepat. Sudah sebulan lebih, Bapak tak mengeluarkan kasur ke pekarangan. Rumah mereka hanya berlampu neon kuning redup. Mana bisa bapak menambal kasur dengan cahaya seperti itu?

Saturday, April 29, 2017

Luka

Mencintai kamu seperti menggali remah-remah hatiku sendiri yang remuk tergilas prasangkamu.
Mencintai kamu seperti mengorek-korek luka bernanah dan menarik keluar bahagia yang tiada lagi bersih.

Friday, April 28, 2017

Kelas Menulis #1 - Tips Menulis Cerita (Membangun Rasa)


Hai! ^^
                Selamat Sore.
                Maaf yang udah sering banget dibikin kangen sama postingan blog-ku ini. Hehe
Lagi mikir, ini Kingdom mau aku isi apa. Dan akhirnya, semua akan sampai pada waktu yang telah dipersiapkan dengan sendirinya. Maka ini yang ingin aku bagikan ke kalian. Barangkali bagi kalian yang suka banget nulis, atau pingin punya profesi sebagai penulis, atau sekadar suka baca-baca tulisan, aku pingin membagikan apa yang aku punya. Mungkin aku nggak pinter-pinter amat, tapi karena banyak permintaan dari beberapa teman dan peserta kelas nulis yang makin banyak, dan nggak bisa aku dampingin setiap saat (maafkan aku yang sok sibuk ini T.T) akhirnya aku memutuskan. Barangkali lewat blog-ku ini kita bisa “bersapa” tanpa tatap muka.
Okay, untuk Kelas Menulis #1 ini, aku ingin membagi tips tentang membangun Feel. Banyak yang bilang, (ya nggak banyak-banyak banget juga sih sebenernya, haha) kalau tulisanku itu bisa membuat pembaca melting. Artinya, aku sebagai si penulis cerita itu bisa mengomunikasikan rasa yang aku tanggung, dan menyalurkannya kepada pembaca. Seringkali di beberapa kesempatan bertatap muka, banyak yang bertanya “KOK BISA?”.
BISA! Serius. Bukan hanya aku, tapi kalian pun bisa. Bagaimana?
Begini.
Sebelum kita menulis, kita harus punya gambaran apa yang mau kita tulis. Baik itu lokasi, waktu, suasa, sampai yang paling penting, tokoh kita. Sebagai pencipta tokoh, kita dituntut untuk mengenal tokoh kita betul-betul. Mulai dari mata dia, warna rambut, jenis kulit, cara berjalan, cara bicara, logat, dll (ini akan kita kupas bareng-bareng di pertemuan selanjutnya).
                Kali ini, aku akan membagi tentang feel dalam setting atau tempat.
                Untuk bisa mengomunikasikan tempat yang akan kita tulis kepada pembaca, kita harus tahu betul lokasi itu seakan-akan kita pun berada di sana. Misal, pantai dan laut.
                Nah, bayangkan diri kita sedang berdiri menantang ombak tanpa alas kaki. Menikmati sengat matahari yang terik atau redup sesuai dengan waktu yang kalian inginkan untuk gambarkan. Rasakan betul laut itu. Pantai itu. Anginnya, suara riuhnya, mungkin ada suara kepak layar kapal lewat, atau riuh ombak yang terbelah, yang menghantam karang, kicau burung, pohon kelapa di beberapa spot tertentu, ada kepiting, kerang, batu-batuan. Bayangkan pantai  yang seperti apa. Biru kak? Cokelat? Bening? Pasirnya pun bayangkan. Ketika kita berada di pantai pasir putih, sudah pasti air lebih jernih ketimbang pantai pasir hitam. Nah kenali betul, bagaimana lengketnya kulit kita karena unsur garam yang seberapa tinggi. Juga kenali lukisan maha karya berupa langit yang serupa kanvas. Bayangkan segala macam komponen yang ada di sana, yang membuat kita betah berlama-lama, membuat kita melankolis. Bayangkan, rasakan, tuliskan.
                Sebagai contoh, aku akan membubuhkan satu tulisan singkat soal laut lengkap dengan sedikit karakter tokoh. Coba dicermati dan dirasakan bersama.

---------------------

Laut itu kayak dokter jebolan universitas terbaik yang langsung dipimpin oleh Dia yang terindah. Dunia ini seimbang. Segala sesuatu sudah diukur dengan kapasitas paling pas. Aku sebagai satu dari ribuan mikro yang ada di dunia ini, cukup mengimani apa yang tergelar sebagai bentuk yakin pada yang tak terlihat.

Maka di sini lah aku, berdiri seorang diri dengan kaki telanjang. Sengaja betul merasakan sapuan buih dan lengket pasir yang tertinggal pada sela-sela jari kakiku. Bukan berarti aku laki-laki menye atau kalah tempur. Jelas tidak! Justru tujuanku ke mari adalah untuk mengisi amunisi agar aku siap bertempur lagi, dan lagi!

Ya! Bagiku semua yang ada pada laut dan pantai adalah peluru senapan paling jitu. Di sini sayap Tuhan serasa dekat, mendekap erat. Angin, kicau burung, gesekan jlarak, debur ombak, bau asin dan amis yang tidak terlalu kental, awan yang seakan berarak-arak, senja yang ranum, juga waktu yang sengaja membuat segala kenangan membeku.

Aku suka berlama-lama memejamkan mata menantang senja. Aku suka cakrawala yang seakan benar-benar adalah batas antara hidup dan mati. Maka bersama segala macam kekuatan yang ada pada mereka, aku ingin pulang, menuntaskan segala cerca yang kucecap. Tak perlu kalian tahu apa masalahku. Aku hanya butuh di sini sebentar saja, sebelum benar-benar bisa selesaikan semua.

-----------------

                Nah dari contoh di atas, barangkali kita, aku dan kalian bisa sama-sama punya kesimpulan dan cara masing-masing untuk menciptakan sebuah rasa untuk cerita kita. Mau itu cerpen, novel, novelet, puisi, roman bahkan, feel itu butuh pakek banget ada, agar pembaca kita bisa memahami apa yang ingin kita sampaikan dan ikut merasakan apa yang kita rasakan ketika kita menggauli ide itu, yang entah berapa lama mengendap pada kita. Jadi, cerita kita hidup dan bisa membuat pembaca ikut mengimajinasikan apa yang kita tuliskan.
                Begitu ya kawan, berkenaan dengan cara mengolah rasa. Semoga bermanfaat betul postinganku kali ini. Selamat mencoba dan semangat berkarya! :D
Salam.


Thursday, April 27, 2017

Ular-ular Peliharaan Bapak

Cerpen Rahmy Madina (Suara Merdeka, 24 April 2016)


Ular-ular Peliharaan Bapak ilustrasi Hery Purnomo

Sudah berulangkali kami meminta Bapak berhenti. Memelihara ular bukan pilihan yang tepat. Apalagi dalam jumlah banyak. Dipelihara sejak baru menetas pun, ular tetap buas dan licin. Kalau ular-ular itu lepas dari kandang, Bapak dan kami sekeluarga pasti bingung. Seekor ular sajalepas bisa bikin geger orang sekampung, bahkan lebih.Ular itu bisa menyelinap masuk ke kamar, ke laci meja, ke lemari baju, bahkan ke brankas Bapak.

Wednesday, April 26, 2017

Nasi Bungkus Istimewa

Cerpen Rahmy Madina (Suara Merdeka, 28 Februari 2016)


Nasi Bungkus Istimewa ilustrasi Putut Wahyu Widodo


Aku tak tahu penyebab pasti kenapa Kakek tak kembali ke rumah kami, sehingga Nenek selalu termangu menatap ombak bergulung-gulung yang seakan tak punya lelah. Aku kerap memperhatikan Nenek dari balik kaca jendela yang kupastikan tetap bersih, meski kami tinggal di pesisir.

Lelakiku

Ketika aku membaca sepotong senja milik Seno Gumira, aku membayangkan dia tengah berkutat di dalam ruang kayu penuh buku.
Dengan cahaya kuning terang dan kaca mata yang tidak mungkin dia tanggalkan saat dia melumat kata demi kata.