Tuesday, May 2, 2017

Bersamamu


Hujan bukan tak tahu waktu.
Dia memiliki waktu paling tepat untuk jatuh meski hitungan kita tiada pernah akurat.
Hanya saja, kita terlalu tenggelam dalam makian padahal rintik belum bertansformasi jadi genangan panjang.

Dua dari kita akan duduk saling pandang.
Membungkam segala dan menjadikan keadaan beku dengan secangkir kopi yang disangka akan selamanya mengepul.
Menyajikan rentet dialog perihal rasa dan berawal dari kata terhalus bukan aku atau kamu tapi mengatas namakan kita, yang sebenarnya bermakna satu.
Rindu!
"Sebenarnya, aku tak suka, ketika kita diburu waktu dan kita seolah ilusi.
Padahal jelas, aku atau pun kamu basah di kolong langit yang gemeluduk.
Kita bukan ilusi.
Pelajarilah hakikat kita seperti hitungan hujan yang tepat waktu.
Nikmatilah dan susur jalan kita seperti harmonisnya siut mendampingi ribuan prajurit langit yang jatuh berkecipak di atas bumi.
Aku ingin mendampingimu, sebersatu itu."

No comments:

Post a Comment