Friday, May 5, 2017

Sajak di Kursi Asmara



Bertahanlah wahai cinta.
Meski aku tahu, ingin rasanya kau berbagi suka dan duka.
Membagi rasamu.
Denganku, dengan hatiku, dengan inginku.
Ada cerita yang tercekat belum mampu aku utarakan.

Ada sekerumun harap yang kusampaikan diam-diam melalui angin, melalui udara dingin.
Sore itu, hingga waktu berlalu berubah petang dan gelap.
Semesta diam tak memberi tanggapan.

Hatiku terus berbisik.
Berusaha menjawab tanya yang tercipta dengan sendirinya.
Tapi kosong.
Sebelum kaududuk di sini, di sampingku.
Imajiku mulai menerka-nerka.
Adakah kau di sana mendengar apa yang aku ucap? Apa yang aku ungkap?
Pikiran ini mulai mencari-cari cinta yang sama, yang serupa.
Tapi tak jua kutemukan pembandingnya, pembedanya, persamaanya. Cinta, cinta kita berbeda.
Aku mulai mengerti apa yang kau genangkan dalam doamu.
Karena setiap bibirmu berucap, aku merasa tenggelam di sana.
Di lautan pintamu.
Di lautan harapmu.
Di lautan semogamu.

Adakah samudra lain yang bisa menciptakan debur seriuh itu?
Gelombang yang begitu cantik.
Gagah, tak terkalahkan.
Membawa serta detak yang sengaja dicipta untukmu.
Ah, rasanya aku terlena.
Tak mau beranjak.
Ingin selamanya tinggal pada doamu.

Cintaku,
Bersama Tuhan aku di sini.
Menunggu kaudatang.
Menunggu kaukembali.

ai

No comments:

Post a Comment