Karma!
Aku ataupun kau harusnya menyadari, detik berdetak tak hanya pada tangan kita. Sekeras apapun kita mencoba membuatnya beku, kita bukan pengendali waktu!
Aku duduk, di batas antara sunyi dan tangis.
Tapi ketika diam tak beranjak, aku luka.
Kalau aku pilih untuk menangis, maukah kamu membekukan waktu di mana segala pusat ada pada mataku dan matamu, mata kita.
Sama seperti ketika kupandang kamu, segala yang ada padaku beku seketika.
Telaga yang ingin kunikmati seorang diri tanpa ada yang mengomando untuk segera pergi.
Air tanpa riak yang membawa damai, hanya kujumpai pada matamu.
Izinkan aku menatap, mengobati rindu yang sayat menyayat.
Izinkan aku menyalurkan cinta, meski aku yakin kau sudah bisa merasakan.
Kadang kala, ungkapan tetap perlu kusampaikan agar segala yang berdetak pada kita terasa istimewa.
Cinta, tapi aku tahu, ini karma.
Selamat malam, aku tak sanggup terjaga, dengan semua dera yang aku sendiri cipta.
No comments:
Post a Comment