Friday, May 8, 2020

Selamat Ulang Tahun, Pak


Kau selalu menua.
Dan aku selalu tak pernah ada.
Untuk sekadar memelukmu dan menepis ucapan rindu.

Aku ingat, selalu ingat.
Ketika duduk di warung saat Bapak menjemput aku dari Semarang untuk Pulang ke Pekalongan.
Bapak membuat perahu kertas kecil dan menyodorkan kepadaku sambil tersenyum dan berkata, "perahu kertas apa adanya."

Kau tahu anakmu ini tak akan pernah tinggal sekalipun ribuan perahu kertas kaubuat, Pak.
Kau tahu aku tak akan pernah bertahan lama.
Aku pasti akan pergi, lagi -- meninggalkanmu bersama rindumu yang selalu kuabaikan.

Aku ingat betapa perjalanan dengan sepeda motor yang biasa kutempuh paling lama 2 jam, bersamamu menjadi 5 jam.
Aku inget raut wajahmu yang letih.
Aku ingat betapa kau sudah setua itu, untuk menempuh puluhan kilo.
Tapi ada gurat bahagia di sana, berharap anakmu ini akan tinggal selamanya bersamamu.

Dua hari di Pekalongan lalu benar aku pamit.
Aku ingat semburat bahagiamu 3 hari belakangan ini langsung hilang.
Aku ingat kau bertanya penuh putus asa.
"Kamu pingin apa? Bapak turuti. Jangan pergi."
Sekali lagi kau tahu, aku tak akan pernah bertahan.
Iya kan, Pak?

Ah, terlalu banyak ingatan.
Yang tak pernah kutahu kapan kan bersanding dengan rindumu, Pak.
Aku pun rindu. Rindu sekali.

Lalu sekali ini aku mengumpat memaki jarak yang ingin lekas kulipat.
Kulabuhkan rinduku pada pelukmu sambil menyampaikan maaf, atas semua yang tak pernah kita lewati bersama lagi.

Maafkan aku pak.
Tak ada lagi pada ulang tahunmu...
Untuk Delapan Kali.

Sehatlah, Pak.
Kepada doa siapa lagi aku bergantung selain pada doa-doamu.
Kau tahu aku sayang.
Sayang sekali.

Selamat Ulang Tahun Pak...

No comments:

Post a Comment