Wednesday, May 6, 2020

#3 Dira🌻


"Minum dulu susunya. Duduk."
"Udah... Udah... Udah cukup. Jam dua harus ketemu narasumber penting."
"Jangan lupa salat..."
"Siap!!!"
.
Dira berlari sambil menenteng roti bakar dan tergesa-gesa memakai kalung tanda pengenal.
Gadis tomboi berparas lugu itu punya mata tajam yang menyelidik dan dua kaki kokoh yang sering dia gunakan untuk berlari ke sana ke mari, berdiri berjam-jam, demi beberapa paragraf tulisan.
.
Hari ini hari Penting. Dira bahkan sudah dari semalam menyetrika baju dan tak lupa punya memakai minyak wangi.
.
"Jangan terlambat ya, Dir. Ini orang penting dan dia nggak punya banyak waktu. Kamu harus sudah di depan rumahnya sebelum jam 2. Beliau minta wawancara di dalam mobil. Tergesa-gesa ada acara setelahnya."
"Siap, Pak!" Begitu jawab Dira bahkan tanpa bertanya, "lalu saya pulangnya bagaimana, Pak?"
.
Basi. Yang penting misi selesai! Toh mobil itu punya laju di bumi, bukan Mars atau Jupiter. Dira tak perlu takut tersesat. Raga yang Tuhan beri cukup sebagai bekal.
.
Dira sudah berada di depan halaman rumah si narasumber dan menatap mobil mewah di hadapannya. Dia mengeluarkan HP lantas memotret mobil itu dan mengirimkannya kepada Ayah dengan tulisan -
"Yah, doakan Dira. Biar wawancara hari ini lancar."
.
Tidak lama sang Ayah menjawab dengan pertanyaan yang nyaris retoris karena Dira tak mungkin menjawab belum.
"Sudah salat, Nak?"
"Sudah, Yah. Tadi di Masjid dekat sini."
"Alhamdulillah, InsyaAllah lancar nanti wawancaranya."
"Makasih Yah. Amiin"
.
Dira bukan anak manja. Sama sekali bukan. Deru semangatnya terbaca lewat tiap baris kalimat yang selalu dia suguhkan. Kritis dan penuh percaya diri. Mantap dan lantang menyuarakan.
.
Tidak manja bukan berarti tidak pernah sekadar meminta doa kepada orang tua, kan? Justru doa itu adalah bekal agar Dira tak pernah manja.
.
Jam menunjukkan pukul 2 lebih 8 menit ketika pintu rumah itu dibuka dan si narasumber berjalan keluar.
Lantas Dira membenarkan posisi duduk dan tersenyum penuh semangat. Senyum yang sangat menular. Membuat siapa saja yang enggan, jadi ikut semringah.
"Selamat siang, Pak." Ucap Dira sembari mengulurkan tangan.
Mana mungkin dia bisa terlambat!

Baca Juga
#1 Alina

No comments:

Post a Comment