Friday, May 26, 2017

That Doll (Cerbung Part #4)


"Take me with you and I'll be your best friend, forever!"


          Lizzi terbangun dalam keadaan tubuh basah keringat. Tanpa perlu menyeka mata, pandangan dia sudah mengawasi ke segala arah. Mencari-cari sosok Grandpa bertongkat dan kedua bocah yang tidak dia kenal. Ada yang aneh dengan dia. Ada yang aneh dengan boneka yang dia temukan. Dan bagaimana pula caranya dia bisa tidur di loteng? Siapa yang memindahkan? Ginni? Gadis itu. Mimpi semalam terasa nyata dalam ingatan Lizzi.

            Sesaat setelah Lizzi berdiri, dia melihat segala ruangan yang dapat tersapu mata bersih dan rapi tertata. Seakan ada kenangan dari masa lalu rumah ini ditampakkan sekilas, namun segera terhapus saat Lizzi mengerjap. Kesadarannya pulih, ketika dia mendengar suara lantai kayu berdenyit. Ada yang tengah menitiki tangga. Air muka gadis itu berubah cemas. Kedua kaki dia sigap melangkah, mencari tempat yang bisa menyembunyikan dia. Dan di bawah meja kecil di sudut ruangan kaki Lizzi memilih untuk singgah.
            Tepat, sebelum pintu benar-benar dibuka, Lizzi sudah masuk ke bawah kolong meja kecil. Menutupi sisi depan meja dengan tong kayu ringan bekas tempat sayur. Samar, Lizzi melihat sepasang sepatu tanpa hak yang hampir tertutup rok coklat muda bermotif bunga matahari kecil. Tanpa harus melihat mata pemilik sepatu, Lizzi tahu betul siapa yang mengenakannya. Grandma.
           “Granny..” Lizzi menggeser tong kayu dan menatap Granny dengan perasaan campur aduk. Tapi mata tua yang tengah dia atap tidak menandakan tanda-tanda murka. Granny ragu sejenak namun akhirnya menghela napas lega. Rupanya di sini cucu kesayangannya bersembunyi.
            Granny berjalan menghampiri Lizzi, membantu gadis itu keluar dari kolong meja. “Sudah kuduga ada orang di sini. Granny mencarimu ke mana-mana. Sepagi ini kau sudah meninggalkan kamarmu.” Granny membersihkan pakaian Lizzi sambil bertanya. “Apa yang kau lakukan di sini?”
            Lizzi terkejut. Mata gadis itu mencari-cari, kentara sekali mau berbohong. “I…. I wa… I wanna took my dress.” Finally, untung dia melihat koper coklat yang tergeletak di dekat pintu. Dan bagaimana pula koper itu ada di sana? Seingatnya, terakhir kali koper itu dia letakkan di tengah ruangan. Damn! What’s wrong with her?!
            Granny menoleh, matanya menatap ke arah koper kemudian berbalik menatap Lizzi kembali. “Kau mau membawa koper sebesar itu seorang diri?”  Lizzi membuka mulut namun segera menutupnya kembali. What’s this? What a lucky girl! Granny mengira Lizzi yang memindahkan kopernya. Membuat jawaban Lizzi semakin masuk akal. Apakah ada yang merencanakan ini? Gadis itu hanya mengangkat alis. Granny tidak perlu jawaban langsung dari mulutnya. Koper itu sudah jelas menjadi jawaban pertanyaan Granny. “Grandma bantu kau memindahkannya. Atau kau ingin mengambil salah satunya saja?”
            Mengambil baju adalah alasan emas untuk bisa kembali ke loteng. Lizzi masih harus mencari tahu, siapa dua gadis yang datang padanya semalam. “Aku rasa aku akan mengambil satu saja. Biarkan kopernya Dad yang memindahkan, kalau dia sudah tidak sibuk.”
            “Baiklah, Grandma bantu mengambilkannya untukmu. Tapi lain kali jangan coba-coba membawanya seorang diri. Kau tidak lihat badanmu sekurus ini?”
Lizzi hanya mengangguk, mengikuti Grandma berjalan menuju koper. Mengembalikan koper itu ke tengah ruangan sebelum mengambil baju. Saat Lizzi menutup koper itu, mendadak dia terperanjat hingga terdorong ke belakang. “Oh my God! Grandma…..”
Grandma ikut terlonjat, mengikuti pandangan Lizzi, tapi tak menemukan apapun. “Apa yang kau lihat?” Lizzi melotot, napasnya tersengal, dadanya berdegup hebat. Ginni! Lizzi berhadapan langsung dengan wajah gadis itu yang berlumuran darah. “Ada apa denganmu?”
Lizzi tidak bisa menjawab. sambil mengatur napas, dia hanya menggeleng sambil berkata lirih. “Nothing…
“Kau aneh sekali pagi ini, honey. Jangan tunjukkan itu di hadapan Mom. Kau akan menyesal kalau kau melakukannya. Mengerti?” Lizzi diam saja. Matanya masih memandang lekat di tempat Ginni memperlihatkan dirinya barusan. “Lizzi! Do you hear me?”
Lizzi menggeleng lemas. “What did you say, Grandma?”
“Oh my… you. Forget it. You need to go to take a bath, right now.” Lizzi menghela napas sebelum mengangguk. Dia meraih uluran tangan Grandma. Menuruti perempuan tua itu untuk segera turun. Tapi, lagi-lagi Lizzi menoleh. Gini memang menghilang dari pandangan. Hanya saja, boneka itu. Boneka yang dibawa Jenni, boneka gemuk yang menyerupai Ginni tergeletak di sana. Di atas kardus berdebu. Kali ini Lizzi tidak salah lagi, boneka bermata toska itu terseyum menatap Lizzi. Sungguh, ada yang tidak beres di rumah ini.

Bersambung...

Before (Part #3) https://rahmymadina.blogspot.co.id/2017/05/that-doll-cerbung-part-3.html

No comments:

Post a Comment