Hujan siang tadi yang teduh dan begitu harmonis, mencipta tenang tidak hanya sekadar di batas ruang imaji, mengingatkan aku pada tatap matamu.
Sejuk, damai, indah, bahkan tanpa harus ada pelangi atau bintang gemintang di sana.
Cukup mata itu.
Yang akan selalu kukenal lewat tatap tulus tanpa harus kauungkap rasa cinta.
Sampai, tepat di ruang inti jantung hatiku.
Seringkali kau menyelinap ke sana.
Masuk dan duduk, menjelma detakku.
Luruh dalam alir deras darahku.
Menjadi satu pada aku.
Melengkapi rasaku yang seperti sudah beratus tahun menunggu untuk ikut kaurasa.
Kamu seperti pusaka yang mesti kujaga.
Utuh tiada boleh tersentuh siapa pun juga.
Kamu, pendar bulan di langit malam yang kekar.
Sendiri menggelar pentas yang akan kusaksikan sampai tuntas.
Maka padamu, pada matamu, pada hangat peluk dan mesra belai tanganmu, yang kau selipkan di antara sela-sela jemariku, kusinggahkan rasa nyaman di sana.
Ya, kamu saja.
ai
No comments:
Post a Comment