Haii haii haii
Selamat malam Mingguuuu ^0^
Kelas lagi yuuuukkk
Kali ini aku mau bahas soal menulis dan membaca?
Siapa sih sebenarnya mereka? Kok aku bahas terus nggak ada habisnya. Berasa super model aja. Loh, lebih daripada itu!
Yuk, kenalin sama dua hal paling asyik di dunia ini. haha :D
Menulis itu bukan hanya soal
menggores tinta di atas kertas. Menulis itu bukan soal menuangkan kalimat demi
kalimat, memolesnya jadi cantik kemudian melabeli tulisan itu ke dalam salah
satu jenis karya sastra. Lebih daripada itu, menulis harus dilandasi dengan
dasar kesadaran mengapa kita menulis.
Salah seorang dosen yang
merangkap jadi teman ngobrol dan teman diskusi pernah bilang ini, menulis itu
mengemban tugas kenabian. Karena kita sebagai penulis menyampaikan kalam yang
kita dapat dari semesta ini. Maka memutuskan untuk menjadi penulis adalah
keputusan yang besar tanggung jawabnya. Segala macam kebutuhan pembaca,
imajinasi mereka, tindak laku mereka bisa mengikuti dari apa yang kita tulis?
Pernahkah kita benar-benar
memikirkan itu?
Kenali dulu diri kita sendiri,
untuk apa dan untuk siapa kita menulis. Ya betul banget ungkapan macam itu. Aku
sepenuhnya setuju.
Dulu, Almarhum Pak Karta (guru
nulisku) pernah bilang begini. Sebuah karya itu lahir dari orang luar biasa yang
bisa mengartikan hidup. Membaca pun mengeja kehidupan. Lingkungan yang klasik,
urusan duniawi dengan segala macam tetek bengeknya tak akan sedikit saja habis
termakan usia. Tidak semua orang diberikan karunia bisa menangkap, terlebih
meramu itu. Menjadikannya sebuah cerita. Maka penulis punya amanah yang harus
mereka sadari betul. Mereka mengemban “firman” yang tergelar untuk mereka
sampaikan. Pikirkan betul sebelum menulis, kelak huruf-huruf itu akan meminta
pertanggung jawaban kepada kamu di akhirat.
Ya. Ucapan dia bahkan seperti
tulisan yang terpahat di pikiranku. Sekarang aku membayangkan, huruf-huruf yang
pernah beliau tulis tengah memeluk beliau mesra di sana.
Jadi, bagaimana cara kita sebagai
penulis bisa menulis dengan baik. Begini,
Dari beberapa masukan, nasihat,
pelajaran, diskusi yang aku lakukan dengan orang-orang yang menurutku luar
biasa, aku mendapatkan banyak hal yang harus aku berikan pula kepada kalian.
Sebagai penulis, kita harus bisa,
menuntut diri sendiri untuk bisa merasakan apa yang orang lain rasakan.
Misal, seberat apa sih mengayuh
beca dari simpang lima ke tugu muda dalam keadaan panas, gimana rasa senengnya
seseorang waktu dapet juara, sesakit apa sih kaki yang kena jeruji sepeda,
senikmat apa meneguk kopi buatan barista favorit kita, gimana capeknya beresin
pekerjaan rumah dari mulai nyapu sampek nyuci dan nyetrika pakaian, dan segala
macam hal lain, dari yang terkecil seperti proses jatuhnya daun ke tanah
(karena macem-macem daun punya kapasitas berat, bentuk, gerak yang beda-beda
jadi cara jatuhnya pun pasti beda), sampai yang terbesar seperti beratnya beban
orang tua yang anaknya dikeluarkan dari sekolah gara-gara urusan narkoba. Semua
ini nyata ada di dunia kita dan kita perlu tahu itu.
Lantas setelah tahu, apa. Setelah
tahu ada hal seperti itu, yang perlu kita lakukan adalah membaca mereka semua.
Masing-masing orang punya penyikapan yang berbeda-beda. Ada yang sabar, ada
yang senang, ada yang tenang-tenang aja, santai, menikmati betul proses, ngeluh,
marah sampek ngamuk-ngamuk, ngambek, pelajari mereka betul-betul. Itu aset bagi
penulis. Kalau ada orang yang harus bisa lebih tahu dari siapa pun, penulis
salah satunya.
Membaca, bukan sekadar kegiatan
menghabiskan berlembar-lembar kertas yang sudah tersusun rapi. Lebih daripada
itu, membaca juga proses mengamati sekitar. Kalam Allah lebih harus bisa kita
baca. Luangkan waktu untuk saling mengerti kenapa dan bagaimana isi dunia ini
bisa terus berjalan. Karena kita nggak bisa melakukan semua kegiatan yang orang
lain lakukan secara langsung. Maka cara memperoleh data ya dengan membaca mereka. Dunia ini butuh
kita baca.
Lakukan itu setiap saat, setiap
hari, asah naluri dan kepekaan kita. Kenali setiap orang. Jangan sampai
berhenti membaca, sebenci apapun kita pada orang itu. Mereka itu ibarat buku
yang bisa di-edit. Maka tugas kita adalah punya kesediaan terus membaca dan
jadilah kita penulis yang arif.
Kalau secara tidak langsung,
sadar-ngga sadar kita sudah bisa merasakan itu, tuangkan ke dalam tulisan.
Sebenarnya kita tidak perlu mencari sampai merenung di dalam kamar
berhari-hari, jongkok di kamar mandi berjam-jam, minum kopi bergelas-gelas buat
nemuide. Ide itu ada di mana aja, kapan aja. Membayangkan kalian yang sedang
membaca tulisan ini, lalu kalian mulai mencoba menulis dan tanpa kita semua
ketahui tulisan itu menjadi lisan pertama yang bahkan bisa membuat setiap orang
lain yang membaca menangis, saking menyentuhnya, itu pun ide.
See? Ide ada di mana-mana.
Temukan dan tangkap mereka.
Ide sesimpel apapun yang kita
bayangkan, akan menjadi luar biasa dengan kemasan yang luar biasa juga. Karakter yang kuat, alur
cerita yang bisa diterima.
Nah, kalau untuk masalah
mengolahnya menjadi cerita, yang harus kalian lakukan memang tak lain dan tak
bukan baca buku buat memperkaya wawasan dan diksi kalian, serta banyakin nulis.
Semakin terbiasa nulis, tulisan akan dengan sendirinya enak terbaca.
Begitu ya kawan-kawan tersayang.
^^
Semoga apa yang aku sampaikan
bermanfaat dan bisa menjadi inspirasi kalian untuk terus menulis. Ingat, profesi
sebagai penulis itu elit dan tidak biasa. Maka jadikanlah diri kalian luar
biasa dengan tulisan yang luar biasa pula. Hihihi
Okay, :D
Selamat mencoba yaaa...
Selamat berSabtu malam yaaa
Love you all...
ai
Sebelumnya #Kelas Menulis 6: https://rahmymadina.blogspot.co.id/2017/05/kelas-menulis-6-tips-menulis-cerita.html
Selanjutnya #Kelas Menulis 8: https://rahmymadina.blogspot.co.id/2017/05/curhatan-kelas-menulis-biarkan-mereka.html
Sebelumnya #Kelas Menulis 6: https://rahmymadina.blogspot.co.id/2017/05/kelas-menulis-6-tips-menulis-cerita.html
Selanjutnya #Kelas Menulis 8: https://rahmymadina.blogspot.co.id/2017/05/curhatan-kelas-menulis-biarkan-mereka.html
No comments:
Post a Comment