Mencintai kamu seperti menggali remah-remah hatiku sendiri yang remuk tergilas prasangkamu.
Mencintai kamu seperti mengorek-korek luka bernanah dan menarik keluar bahagia yang tiada lagi bersih.
Mencintai kamu seperti mengorek-korek luka bernanah dan menarik keluar bahagia yang tiada lagi bersih.
Mencintai kamu seperti mengguyur sekam di tengah kobar nyala api yang aku tahu sanggup meluluh lantakkan aku.
Mencintai kamu seperti berdiri di tengah badai, membiarkan raga diterpa gelombang besar tanpa satu saja penopang.
Mencintai kamu adalah berjalan di atas belukar berduri. Aku tahu kamu menunggu di ujung jalan itu membawa obat dan perban pembalut luka. Tapi aku lebih tahu, aku akan mengulang perjalanan yang sama.
Mencintai kamu seperti merangkak di bawah terik kemudian berjumpa dengan hujan lebat.
Membuatku kering, lepuh, terjatuh.
Mencintai kamu adalah seperti menandatangani perjanjian kerelaan luka dan duka.
Duka pada jiwa pun raga. Duka pada semestaku yang terbungkam keluhmu tanpa kamu sendiri beri kesempatan untuk aku berkeluh.
Maka ketika sudah koyak aku, bahagiakah kamu?
Perjanjian itu akan kubawa mati.
Dan ragaku adalah kamu sendiri yang harus menguburnya.
Menggali tanah merah dengan kuku jemarimu.
Tanpa ingin kudengar tangis sesalmu.
No comments:
Post a Comment