Wednesday, April 26, 2017

Lelakiku

Ketika aku membaca sepotong senja milik Seno Gumira, aku membayangkan dia tengah berkutat di dalam ruang kayu penuh buku.
Dengan cahaya kuning terang dan kaca mata yang tidak mungkin dia tanggalkan saat dia melumat kata demi kata.

Mengimajinasikan Alina dan senja dengan amat sempurna, meski bukan sekadar itu tujuannya.
Di sana, di inti pikirannya dia telah membayangkan hal-hal hebat dan menjadikannya cerita.
Ketika aku membaca Lelaki Terakhir, aku membayangkan seorang Aan Mansyur sibuk dengan berlembar-lembar kertas.
Dan otaknya seperti bacaan maha dasyat yang mendikte dirinya akan kesempurnaan seorang Jiwa.
Membangun kuat karakter mereka sehingga apik terceritakan.
Cukup dua penyair saja yang kucantumkan.
Ada setiap harap tersemat dalam kata-kata yang kutuang, kau akan membacanya.
Ya kau.
Lelaki pemilik inti puisiku.
Yang menduduki jantung pikiranku.
Adakah kau membayangkan aku pula ketika kaubaca sajak demi sajak yang aku cipta?
Membayangkan bagaimana aku merangkai kata demi kata, menyulamnya laksana benang emas, dengan kau sebagai tokoh utama yang menyita segala angan, lamunan, imajinasi, harapan, keinginan, juga cintaku.
Adakah aku di sana?
Pada ruang di dalam pikiranmu, pada titik di mana segalanya kaupusatkan.
Di sana, adakah aku yang sibuk mengaduk ingatan tentangmu?

No comments:

Post a Comment