Ibu,
Haruskah secara gamblang aku katakan kalau aku
mencintaimu? Karena aku selalu merasa apa yang aku lakukan tiada pernah bisa
tuntas membayar apa yang sudah Ibu lakukan. Tak pernah sebanding.
Assalamu’alaikum semua.
Yak, akhirnya aku memutuskan buat nge-blog lagi di
tengah buku-buku cerpen yang harus aku baca, juga sekerumun ide yang harus aku
skip dulu. Rileks bentar Okay lah ya, biar nggak sepaneng-sepaneng amat.
Jadi, kenapa akhirnya aku ingin membahas tentang
“Ibu”, karena selain kepada Allah tulisan-tulisanku harusnya kepada dia
bermuara, mendedikasikan apa yang paling aku bisa lakukan kepada perempuan dan
laki-laki terhebat yang kusebut orang tua. Tapi kali ini aku Bener-bener ingin
membahas Ibu dulu. Pas lagi momentnya hari ini Ibu ulang tahun. Selamat ulang
tahun ya, Bu. Aku sayang Ibu, sayang sekali. ^^
Ibu itu luar biasa, mereka tahu hamil dan melahirkan
itu sakit bukan main, tapi mereka tetap memilih untuk punya aku, punya kita
semua sebagai anak. Dan sepertinya aku belum pernah secara pantas mengucap
terima kasih. Aku harap Ibu baca blogku, dan dia tahu bahwa dia selalu luar
biasa di mataku. Karena entah kapan aku bisa mengungkap secara langsung sampai
sepanjang ini. Yang ada mungkin air mata lebih dulu dateng sebelum kelar
ngomong.
Tadi pagi, setelah melakukan ritual yang nggak perlu
disebutin apa aja, aku akhirnya terkapar di sudut ruang TV kos, di deket kulkas
nonton serial Girl Meets Worl season 2 yang episode 22. Itu kenapa akhirnya aku
memilih gambar cuplikan adegan di serial itu karena itu adegan yang bisa jadi
mewakili aku sekarang.
Aku kutip sedikit percakapan dari gambar itu.
Riley : i’m a little tired. Please don’t go
anywhere.
Mom : I wont.
Riley : i’m a be here a long time.
Mom : Okay.
Ceritanya, si tokoh Riley merasa dia lelah dengan
berbagai macam persoalan remaja yang membuat hati dan pikiran dia gundah. Lelah
bergelut dengan perasaan, dan jadilah dia curhat ke si ibu. Melihat adegan itu,
mengingatkan aku pada Ibu seketika. Aku biasa tiba-tiba meluk Ibu kalau merasa
lelah, atau bingung harus ngapain, atau sedih, gundah, kacau, bahkan kalau
misal lagi broken heart. Ibu adalah yang terbaik yang bisa aku peluk. Dan
sekarang, aku butuh dia ada di sini. Perasaanku lagi sering kacau. Mengingat
Allah dan Ibu adalah hal terbaik yang paling bisa aku lakukan. Berasanya,
setelah meluk Ibu masalah nguap gitu aja, dan aku seperti terlahir kembali.
Tanpa beban. Menjadi gadis kecil yang yakin bahwa semua bakal baik-baik saja,
asal ada Ibu. Ya Begitulah.
Terus, kenapa aku kasih judul blog ini dengan
mendadak protektif itu karena. Tiba-tiba aja aku inget. Kemarin, sewaktu
lebaran, Om ku melakukan perjalanan 22 jam dari Jakarta ke Pekalongan pakek
motor. Terus dia tanya, aku kalau pulang kampung naik motor kecepatannya
berepa. Aku jawab jujur 80-100 km/jam Om. Nah, dari situ akhirnya muncul
pertanyaan.
“Kamu naik motor segitu cepetnya, tapi kalau
ngeboncengin Ibu kenapa berasa nggak sampek-sampek ya?”
Ya, itu masalah personal yang sampai sekarang belum
menemukan jalan keluar.
Kalau ngeboncengin Ibu, rasanya aku sedang diutus
untuk menjaga seorang ratu, yang kalau sampai kegores dikit aja, aku bakal
dihantui perasaan bersalah seumur hidup. Jangankan mau ngebut, kalau aku nyalip
satu mobil aja, Ibu pegangannya langsung kenceng banget. Itu kenapa akhirnya
aku mendadak protektif. Dia, lebih dari sekadar penting buat aku. J
Pernah dulu, waktu aku mau operasi tangan. Itu aku
dan Ibu masih repot bolak-balik rumah sakit. Di perjalanan, aku sama sekali
nggak inget kalau aku bakal operasi. Yang aku pikirin, pokoknya aku harus
ngeboncengin Ibu dengan ekstra hati-hati, pasalnya si Ibu lagi sakit (tapi
ngebela-belain nganter aku). :’)
Baru setelah sampai di ruang tunggu operasi aku
sadar, kalau aku bakal operasi dan langsung panas dingin.
Ada cerita lain yang lebih mendramatisir.
Pernah, dulu waktu semester tiga kalau nggak salah
ingat, Ibu yang naik kerata dari Jakarta ke Pekalongan ternyata tertidur. Waktu
itu, Mbak yang sekarang masih kerja di Jakarta tiba-tiba sakit dan mengharuskan
Ibu buat ke sana. Karena tertidur itu, akhirnya si Ibu kebablasan dan nggak
turun di Pekalongan.
Begitu dapat kabar kalau Ibu “kebawa” kereta, aku
berasa nggak ngeri harus gimana. Gila! Mbak udah bolak-balik telfon dan bikin
makin panik. Setelah tahu kalau itu kereta bakal transit di Stasiun
Tawang-Semarang, tanpa pikir panjang, aku beserta dua Mbak kos meluncur ke
sana. Aku sampek lupa kalau itu jam setengah dua belas malam. Nggak peduli!
Yang penting ketemu Ibu. Syukurlah, kami ketemu juga.
Begitu sampek, dengan yakinnya aku kasihin jaket
yang aku pakai ke dia padahal aku cuma pakek hem tipis. Haha
Jadilah besoknya setelah Ibu pulang ke Pekalongan
aku malah sakit, entah sakit garda-gara malamnya kedinginan atau karena
ditinggal Ibu. Aku rasa dua-duanya benar. ^^
Barangkali, Allah sudah menyekenario Ibu harus
bablas sampek Semarang biar adil ketemu aku juga. :D
Pengalaman itu sampai sekarang nggak pernah begitu
aja aku lupain. Ibu itu, kasih sayang yang sebenernya, sampai-sampai demi dia
kita bisa aja lupa sama diri sendiri. Melindungi dia adalah perlindungan
terbaik pula buat diri kita sendiri.
Jadi, karena hari ini hari ulang tahun Ibu, aku
persembahin khusus tulisan-tulisan aku hari ini buat Ibu. Semua tentang Ibu.
Bahwa Ibu adalah tiang yang begitu kuat yang bisa menopang kami. Aku sayang
Ibu, entah sejak kapan, tapi aku pastikan tidak akan pernah berakhir. ^^
Sekali lagi, Selamat Ulang Tahun, Bu. Doa terbaik
dariku untuk Ibu InsyaAllah sudah sampai di pangkuanNya. Amin
No comments:
Post a Comment