Monday, September 26, 2016

Aku Sayang Ibu, Sayang Sekali ^^


Ibu,
Haruskah secara gamblang aku katakan kalau aku mencintaimu? Karena aku selalu merasa apa yang aku lakukan tiada pernah bisa tuntas membayar apa yang sudah Ibu lakukan. Tak pernah sebanding.

Assalamu’alaikum semua.
Yak, akhirnya aku memutuskan buat nge-blog lagi di tengah buku-buku cerpen yang harus aku baca, juga sekerumun ide yang harus aku skip dulu. Rileks bentar Okay lah ya, biar nggak sepaneng-sepaneng amat.
Jadi, kenapa akhirnya aku ingin membahas tentang “Ibu”, karena selain kepada Allah tulisan-tulisanku harusnya kepada dia bermuara, mendedikasikan apa yang paling aku bisa lakukan kepada perempuan dan laki-laki terhebat yang kusebut orang tua. Tapi kali ini aku Bener-bener ingin membahas Ibu dulu. Pas lagi momentnya hari ini Ibu ulang tahun. Selamat ulang tahun ya, Bu. Aku sayang Ibu, sayang sekali. ^^

Ibu itu luar biasa, mereka tahu hamil dan melahirkan itu sakit bukan main, tapi mereka tetap memilih untuk punya aku, punya kita semua sebagai anak. Dan sepertinya aku belum pernah secara pantas mengucap terima kasih. Aku harap Ibu baca blogku, dan dia tahu bahwa dia selalu luar biasa di mataku. Karena entah kapan aku bisa mengungkap secara langsung sampai sepanjang ini. Yang ada mungkin air mata lebih dulu dateng sebelum kelar ngomong.

Tadi pagi, setelah melakukan ritual yang nggak perlu disebutin apa aja, aku akhirnya terkapar di sudut ruang TV kos, di deket kulkas nonton serial Girl Meets Worl season 2 yang episode 22. Itu kenapa akhirnya aku memilih gambar cuplikan adegan di serial itu karena itu adegan yang bisa jadi mewakili aku sekarang.

Aku kutip sedikit percakapan dari gambar itu.
Riley : i’m a little tired. Please don’t go anywhere.
Mom : I wont.
Riley : i’m a be here a long time.
Mom : Okay.

Ceritanya, si tokoh Riley merasa dia lelah dengan berbagai macam persoalan remaja yang membuat hati dan pikiran dia gundah. Lelah bergelut dengan perasaan, dan jadilah dia curhat ke si ibu. Melihat adegan itu, mengingatkan aku pada Ibu seketika. Aku biasa tiba-tiba meluk Ibu kalau merasa lelah, atau bingung harus ngapain, atau sedih, gundah, kacau, bahkan kalau misal lagi broken heart. Ibu adalah yang terbaik yang bisa aku peluk. Dan sekarang, aku butuh dia ada di sini. Perasaanku lagi sering kacau. Mengingat Allah dan Ibu adalah hal terbaik yang paling bisa aku lakukan. Berasanya, setelah meluk Ibu masalah nguap gitu aja, dan aku seperti terlahir kembali. Tanpa beban. Menjadi gadis kecil yang yakin bahwa semua bakal baik-baik saja, asal ada Ibu. Ya Begitulah.

Terus, kenapa aku kasih judul blog ini dengan mendadak protektif itu karena. Tiba-tiba aja aku inget. Kemarin, sewaktu lebaran, Om ku melakukan perjalanan 22 jam dari Jakarta ke Pekalongan pakek motor. Terus dia tanya, aku kalau pulang kampung naik motor kecepatannya berepa. Aku jawab jujur 80-100 km/jam Om. Nah, dari situ akhirnya muncul pertanyaan.

“Kamu naik motor segitu cepetnya, tapi kalau ngeboncengin Ibu kenapa berasa nggak sampek-sampek ya?”

Ya, itu masalah personal yang sampai sekarang belum menemukan jalan keluar.
Kalau ngeboncengin Ibu, rasanya aku sedang diutus untuk menjaga seorang ratu, yang kalau sampai kegores dikit aja, aku bakal dihantui perasaan bersalah seumur hidup. Jangankan mau ngebut, kalau aku nyalip satu mobil aja, Ibu pegangannya langsung kenceng banget. Itu kenapa akhirnya aku mendadak protektif. Dia, lebih dari sekadar penting buat aku. J
Pernah dulu, waktu aku mau operasi tangan. Itu aku dan Ibu masih repot bolak-balik rumah sakit. Di perjalanan, aku sama sekali nggak inget kalau aku bakal operasi. Yang aku pikirin, pokoknya aku harus ngeboncengin Ibu dengan ekstra hati-hati, pasalnya si Ibu lagi sakit (tapi ngebela-belain nganter aku). :’)

Baru setelah sampai di ruang tunggu operasi aku sadar, kalau aku bakal operasi dan langsung panas dingin.

Ada cerita lain yang lebih mendramatisir.
Pernah, dulu waktu semester tiga kalau nggak salah ingat, Ibu yang naik kerata dari Jakarta ke Pekalongan ternyata tertidur. Waktu itu, Mbak yang sekarang masih kerja di Jakarta tiba-tiba sakit dan mengharuskan Ibu buat ke sana. Karena tertidur itu, akhirnya si Ibu kebablasan dan nggak turun di Pekalongan.

Begitu dapat kabar kalau Ibu “kebawa” kereta, aku berasa nggak ngeri harus gimana. Gila! Mbak udah bolak-balik telfon dan bikin makin panik. Setelah tahu kalau itu kereta bakal transit di Stasiun Tawang-Semarang, tanpa pikir panjang, aku beserta dua Mbak kos meluncur ke sana. Aku sampek lupa kalau itu jam setengah dua belas malam. Nggak peduli! Yang penting ketemu Ibu. Syukurlah, kami ketemu juga.

Begitu sampek, dengan yakinnya aku kasihin jaket yang aku pakai ke dia padahal aku cuma pakek hem tipis. Haha

Jadilah besoknya setelah Ibu pulang ke Pekalongan aku malah sakit, entah sakit garda-gara malamnya kedinginan atau karena ditinggal Ibu. Aku rasa dua-duanya benar. ^^
Barangkali, Allah sudah menyekenario Ibu harus bablas sampek Semarang biar adil ketemu aku juga. :D

Pengalaman itu sampai sekarang nggak pernah begitu aja aku lupain. Ibu itu, kasih sayang yang sebenernya, sampai-sampai demi dia kita bisa aja lupa sama diri sendiri. Melindungi dia adalah perlindungan terbaik pula buat diri kita sendiri.

Jadi, karena hari ini hari ulang tahun Ibu, aku persembahin khusus tulisan-tulisan aku hari ini buat Ibu. Semua tentang Ibu. Bahwa Ibu adalah tiang yang begitu kuat yang bisa menopang kami. Aku sayang Ibu, entah sejak kapan, tapi aku pastikan tidak akan pernah berakhir. ^^

Sekali lagi, Selamat Ulang Tahun, Bu. Doa terbaik dariku untuk Ibu InsyaAllah sudah sampai di pangkuanNya. Amin



No comments:

Post a Comment