Wednesday, September 14, 2016

Melodi Doa



"Semesta itu seperti mangkuk besar yang menampung doa-doa. Setiap kali aku lewat hutan jati di musim panas, aku selalu membayangkan tiap daun yang rontok ke bumi adalah zikir. Wujud dari doa mereka, rasa terima kasih kepada Allah.

Aku selalu membayangkan bisa mendengar lantunan doa mereka. Berdiri di tengah-tengah dan mendengarkan melodi doa mereka yang saling sahut menyahut, menyuguhkan rentetan symphony paling indah yang diciptakan Tuhan.

Atau ketika hujan, aku seolah-olah melihat ribuan prajurit langit terjun ke bumi, yang tiap tetesnya adalah cinta mereka bagi kita. Barangkali aku di sini berbeda dengan Jiwa, si tokoh Aan Mansyur yang menganggap hujan adalah tangisan gadis penghuni langit. Hujan adalah kekar, tegas, kuat. Riuh debur mereka pun kutaksir sebagai melodi doa. Maka setiap kali hujan turun, aku selalu menyempatkan menutup mata, menengadah ikut berdoa dan mengamini pula doa-doa mereka."

Assalamu'alaikum semua. ^^

Besar harapanku kalian dalam keadan baik sebaik-baiknya, ketika membaca entri baruku ini. 
Berasa lamaaa banget nggak nge-Blog. Dan lagi-lagi merasa bedebah karena nggak bisa konsisten sama inginku sendiri. Janjinya, blog ini mau buat bagi-bagi ilmu yang aku dapat, nyatanya? Duh, maaf ya kawan, aku jadi menyimpan sendiri apa yang aku dapet. Jelek banget ya.


Tapi, kali ini berasa dapat kekuatan buat nulis (lagi). Berhari-hari aku seakan sengaja menyisakan ruang buat merenung. Dan bakal makin jahat kalau renungan ini nggak aku bagi ke kalian. Karena pada akhirnya aku sampai di batas perenunganku dengan semangat lain. Bukan baru, semangatku masih sama sejak dulu kala. Tiada berganti, tapi bertambah.

Jadi gini, beberapa hari yang lalu, salah seorang teman, sahabat yang benar luar biasa dengan apa adanya dia, "nyeplos" menanggapi obrolan kami bertiga soal salah seorang kakak kelas yang diterima beasiswa di luar negeri. Ya, dia luar biasa dengan apa adanya dia, sebagaimana kita semua yang memiliki keluar biasaan kita. Jadi sadarilah apa yang luar biasa pada diri kita masing-masing. ^^

Pada beberapa kesempatan, aku dan dia kerap ngobrol entah obrolan pendek atau panjang. Dan semua rentetan obrolan itu tidak ada yang kulakukan hanya untuk sekadar basa-basi, aku mendengarkan dia betul. Karena tanpa dia sendiri menyadari (mungkin) dia kerap sekali dengan logika dia mengungkapkan argumen dan kadangkala bikin aku ikut mikir. Kali ini, kalimat spontan yang dia ucapkan bikin aku merenung sampai hampir 3 hari. Karena aku merasa belum melakukan apa-apa sementara inginku banyak. Kurang lebih, gini kalimat dia,

"Berarti doa yang dikabulkan itu doa orang-orang yang sudah lebih dulu berusaha. Jelas, Allah tahu mana yang sudah siap mana yang belum. Semisal belum siap, tapi doa dikabulkan, ya kita sendiri yang keteteran. Maunya ketrima beasiswa di luar negeri tapi nggak ada usahanya, nggak melakukan apapun, ya berarti nggak ada kesungguhan. Gimana mau dikabulin doa itu?"

Bener. Tuhan pun ingin kita ikhtiar dulu baru tawakal. Okay, itu sederhana banget sebenernya. Dan barangkali pernah terlintas di pikiran kita. Hanya saja, aku pingin kita semua juga menyadari bahwa sudah ketentuannya kita mesti bergerak. Menyangkut apa saja, impian, cita-cita, pekerjaan, pendidikan, cinta bahkan. 


Bayangkan ketika kita menginginkan pasangan yang baik, tapi kita tidak pernah menyadari keburukan kita? Seperti mimpi yang tidak pernah usai. Berharap terus menerus.
Pernah suatu kali, aku nulis di Blogger, membicarakan takdir. Karena barangkali banyak dari kita yang salah mengartikan takdir yang diberikan Allah. Kita selalu beranggpan. Bahwa takdir itu Allah yang memberikan. Jadi ketika kita berbuat maksit atau sebaliknya, itu sudah berada di dalam garis takdir yang Allah rancang. Kita masuk surga atau neraka, kita anggap itu sudah kehendak Allah. Salah kalau kita masih punya pikiran macam itu.

Allah menciptakan manusia, tak lain adalah untuk tunduk bersujud di hadapan Allah. Menjalankan perintahNya meninggalkan larangannya. Bukan untuk yang lain. Maka sudah barang tentu, ada niat baik dari Allah menciptakan kita. Beritikat mulai menjadikan kita sebagai makhluk sempurna yang dijanjikan surga. Adapun setelah iblis turun ke bumi dan berniat menggoda manusia di situlah Allah mengambil peran mengutus setiap nabi untuk mengajak kita semua kembali. Jangan sampai terbelenggu oleh setan. Wahyu demi wahyu Allah turunkan dengan harapan kita semua selamat.
Maka, takdir adalah ketentuan Allah yang berdasar pada itikad dan kemauan kita sebagai manusia. Allah tidak menakdirkan aku sebagai penulis misalnya, tapi karena aku berusaha menjadi penulis, maka Allah berikan jalan selama aku berikhtiar dan tawakal. Apa artinya? Takdir adalah kita sendiri yang menjemput. Berdasarkan pada usaha kita, maka ketika dirasa cukup ikhtiar kita, Allah akan meridhoi itu sebagai jalan kita. Dan mengabulkan harapan-harapan kita yang nantinya menjadi tujuan atau takdir kita.

Allah adalah zat yang maha agung yang sungguh mencintai kita semua. Tidak mungkin Allah tega membiarkan kita dalam kesengsaraan. Terjerumus dalam petaka. Adalah manusia sendiri yang memilih jalan hidupnya. Allah sudah mewanti-wanti. Diturunkannya firman-firman sampai menjadi Al quran. Hadis diperjelas. Rosul sampai diutus bertahun-tahun. Demi kita. Tapi apa yang kita lakukan? Kita ingkar.

Hidup sejatinya adalah pilihan. Takdir yang kita dapat pun pilihan. Bukan kehendak Allah ketika kita masuk ke dalam jurang kehidupan. Allah tak pernah menciptakan jurang itu. Manusia sendiri yang membuat pilihan.

Sebuah sapu, tidak akan ditakdirkan menyapu kalau bukan karena manusia yang menggerakan. Artinya, sekali lagi, jangan persalahkan Allah atas apa yang menimpa kita. Allah sudah menciptakan kita dengan amat sempurna. Mata kita, hati kita, pikiran kita bahkan kuku kita, tidak ada yang tidak bermanfaat. Apa yang kita peroleh adalah buah dari perbuatan dan pilihan kita sendiri. 

"Doa seseorang hanya akan dikabulkan oleh Allah bila orang itu sudah lebih dulu berusaha."

Dengan seseorang menunjukkan kemauan dia berusaha mencapai sesuatu, Allah akan menilai orang itu mampu. Dan dikabulkanlah doa-doanya.


Sementara orang yang belum dikabulkan doanya. Bukan berarti Allah tidak sayang. Allah justru sayang pada kita yang belum terkabulkan doanya. Kenapa? Karena kita belum berusaha. Katakanlah ada seseorang yang ingin jadi editor. Tapi tidak mau membaca, menulis, berlatih, dan tiba-tiba doa untuk menjadi editor dikabulkan. Siapa yang akan sulit? Jelas orang itu sendiri. Karena dia belum punya bekal. Dan lagi-lagi Allah tahu itu. Kita belum siap. Allah sayang betul. Tapi kita selalu abai. Meletakkan semua rasa kecewa kepadaNya. Menyalahkan Allah dengan mudah. Padahal pilihan Allah adalah yang paling tepat.

Barangkali itu yang bisa aku bagi agar kita percaya, tidak ada yang tidak mungkin di muka bumi ini selama kita mau berusaha. :)
Mimpi adalah milik kita semua yang berani bermimpi, berani berarti mau berupaya untuk mewujudkan mimpi itu jadi nyata.
So, selamat bermimpi, berusaha, dan menjadikannya jadi nyata melalui doa. :)


Selamat malam, semoga bermanfaat yaaaa! ^^
Wassalamu'alaikum~~

No comments:

Post a Comment