Ketika aku membaca sepotong senja milik Seno Gumira, aku membayangkan dia tengah berkutat di dalam ruang kayu penuh buku.
Dengan cahaya kuning terang dan kaca mata yang tidak mungkin dia tanggalkan saat dia melumat kata demi kata.
Dengan cahaya kuning terang dan kaca mata yang tidak mungkin dia tanggalkan saat dia melumat kata demi kata.