Wednesday, August 1, 2018

Bu,



Cerpen karya Rahmy Madina
Ilustrasi EF Lazuardo

Langkah kaki pemuda itu terseret-seret. Menimbulkan bunyi srak-srek malas. Kalau ada orang yang benar-benar memperhatikan, rasanya ingin membawa dia kembali ke kasur. Sudut mata panda itu merah, kentara semalam tak bisa terlelap. Kebutuhan memaksa Den harus memangkas waktu istirahat. Kalau tidak begitu, dia pasti sudah menggali kubur dia sendiri karena harus mati tergilas lapar.

Tuesday, July 31, 2018

Kaki Tangan Malaikat Maut



Ilustrasi : EF. Lazuardo
Cerpen Rahmy Madina


            Hujan telah megantarkan kemarahan Ayah lantaran lelaki itu tahu, aku bermain di tanah lapang itu, lagi, lagi, dan lagi. Aku tahu, seluruh orang di kota ini tahu, tanah tak bersalah itu telah berubah keramat, dan tidak ada satu orang saja yang berani menjamah mereka selaiknya tanah lapang biasa. Bukan entah kenapa, bukan tak tahu mengapa. Kami semua sama-sama tahu, kaki tangan malaikat maut, secara sah—meski rapat paripurna tidak pernah tergelar, menetap di sana. Belum ada yang berani melawan, lantaran jelas alasannya, siapa pula orang yang siap menjemput ajal?

Sunday, July 29, 2018

Kain Batik Ibu



Terakhir kali Ibu bicara panjang adalah malam setelah Bapak dimakamkan. Aku duduk di samping Ibu yang tengah melipat kain batik panjang, kain yang baru dia keluarkan dari lemari.