Matamu membidik serupa cakar mencengkeram mangsa.
Padahal hanya aku satu-satunya yang menatapmu.
Kita dulu begitu akrab.
Sejak kalimatmu membuat tubuhku rasanya belingsatan, aku sudah katakan;
Sekali saja aku tak akan membunuhmu biarpun lewat kata-kata!
Tapi terakhir yang kuingat, kau hanya tertawa.
Aku duduk di sini atas kehendakmu.
Katamu, jadilah seperti akar, yang selalu memberi tapi bersembunyi.
Agar kelak kau tumbuh menjadi pohon berbuah ranum serupa wangi kulitmu yang sering kali kucium.
Aku akarmu, tapi kau selalu meminta hidup lewat kematianku.
Bagaimana caranya.
Ajarkan apa saja padaku, asal bukan tentang perpisahan.
Aku akarmu, Kemuning Ayu Larasati.
Satu-satunya penghidupan yang membuat kau tegak menantang pagi dan petang.
Harusnya kau sadar, kalau kau memintaku mati, kau pun tumbang.
No comments:
Post a Comment