Wednesday, October 1, 2014

Berbagi itu Indah ^^

Dengan hati yang lumayan panas, seperti ayam digodog di dalam panci gede yang temperatur panas airnya lebih dari 1000°C, akhirnya aku memutuskan untuk tetap menulis.
Kenapa panas, karena mendadak aja ada yang bawa "obor" gede dan ditamparkannya obor itu ke mukaku. Panas. Tapi biarlah. Suatu saat nanti aku yakin dia akan menyesali ucapannya. God know the best. Ternyata pribahasa lama masih berlaku. "Karena nila setitik, rusak susu sebelanga."
Okay deh, lupakan pembukaan blog ku. Nanti aku semakin ngelantur. Yang berlalu sudah jadi yang lalu. Penulis yang baik harus tetap netral ketika dia sendang menulis. Benar begitu, kan? :D
Walau awam, tapi aku akan berusaha menjadi seperti demikian. ^^
Malam yang dingin tapi berasa panaaas sekali di kamarku. Tapi sumprit ini seasonnya mungkin ya. Tu kamar berasa jadi tempat sauna.
Panas masih jadi topik bahasan kita kali ini ya kawan. Hari kemarin dan kemarinnya lagi pun masih panas. Aku bahkan masih bisa merasakan panasnya dua hari kemarin yang akhirnya membuat aku dan sahabatku Lala harus berulang kali membeli es.
Berbagi itu indah.
Agaknya berlawanan dari kata panas ya, kawan. :)
Adem sekali rasanya mendengar kata berbagi.
Itu yang aku rasakan dua hari yang lalu bersama lala.
Jadi begini ceritanya. Saya dan Lala, tanpa disangka tanpa diduga-duga, mendapat mandat dari teman satu kelas untuk menjadi sutradara dan asistennya. Sejauh ini, alhamdulillah kami masih menikmati mandat itu. Dan berharap akan setrusnya begitu.
Sesuai mandat tersebut, hari itu kami berdua tiba-tiba berubah sok sibuk. Ada yang ikut paripurna, ada yang memimpin reading naskah drama, ada yang meminta pengesahan naskah, dan lain sebagainya.
Begitu kami keluar dari kampus untuk mencetak naskah, kami baru menyadari kalau ternyata matahari dengan gagahnya bersinar. Membuktikan kekerannya dengan panas yang membakar.
Dari separuh hari yang kami lalui, kami sudah menghabiskan sekotak es teh. Kotak ya, bukan pelastik. Karena tempatnya memang berbentuk kotak. Sampai di foto copy-an, si Lala mendadak pingin minum es kelamud. Akhirnya kami memutuskan untuk berhenti sejenak di warung es kelamud yang tidak jauh dari tempat foto copy.
Di warung kelamud, ada ibu ibu yang awalnya tidak kita gubris keberadaanya. Ibu ibu sederhana yang dengan gaya dan gerak gerik lugu yang khas. Dandanannya pun sederhana lengkap dengan selendang batik khas daerah. Aku dan Lala cukup asik membicarakan naskah. Si ibu benar-benar terhiraukan.
Tapi, mendadak kami mengalihkan perhatian saat si ibu menanyakan kepada jurusan kepada kami. Mulai dari pertanyaan itu akhirnya pertanyaan demi pertanyaan mulai bergulir. Saling bertukar cerita yang sebenarnya kurang saya mengerti tokoh dan peristiwanya.
Berdasarkan cerita, si ibu sengaja datang dari Kota Batang ke Semarang karena anak perempuannya masuk rumah sakit. Dengan alasan, karena si anak terlalu menguras tenaga di kegiatan kampus. Dari gaya berceritanya, si Ibu mengingatkanku pada sosok Ibu yang selama ini aku kenal. Lugu dan penuh kesopanan. Walau tak mengerti, aku tetap berusaha menimpali. Sambil membayangkan kalau si Ibu adalah Ibuku yang kebingungan karena aku tengan sakit. Sungguh manis sekali.
Ketika si ibu pamit, yang tak kami sangka, dia membayar juga dua gelas es milik kami. Sepele memang. Hanya dua gelas es kelamud. Tapi bagiku itu luar biasa. Dengan beberapa lembar uang dua ribuan yang sudah lecek, si ibu terlihat begitu tulus dan ikhlas.
Seketika, aku merasa sikap cuekku perlu disesali. Orang sesederhana ibu tadi, yang masih membutuhkan dana untuk anaknya berobat, juga ongkos untuk pulang ke Batang, masih mau menyisihkan uang untuk orang yang baru dia kenal.
Di zaman yang kian berubah sistem sosialnya, aku merasa tindakan si ibu begitu istimewa.
Satu yang ingin aku simpulkan. Ternyata, cuaca sepanas beberapa hari ini, tidak membuat otak dan hati beberapa orang ikut memanas. Layaknya si ibu. Dua jempol saya acungkan. Yang hatinya tetap segar meski kulit dan batinnya masih terbakar. Ibu saya yakin anak ibu akan lekas sembuh. Dua gelas es kelamud itu menjadi saksi keindahan hatimu. :)

No comments:

Post a Comment