Friday, September 12, 2014

Kangen Simbah

Jumat penuh berkah. Itu yang aku dapatkan dari hari ini. Seperti jumat jumat biasanya. Dari kecil, rasanya Hari jumat selalu menjadi hari yang paling tenang. Seperti ada kesan agamis yang luruh ke seluruh tubuh dan membentuk kata nyaman bercampur dengan darah yang mengental. Sampai-sampai rasa itu masih bisa aku rasakan meski aku tak lagi "tinggal" di rumahku. (berasa udah punya rumah sendiri :D)
Tapi ini serius sekali. Aku memang selalu merasa begitu. Dugaanku, mungkin karena sejak kecil sampai lulus SD aku libur di Hari jumat. Jumat itu identik dengan rasa"plong" yang nikmat. Bapak punya usaha percetakan di rumah. Jadi tidak heran kalau setiap harinya rumahku penuh sesak orang berlalu-lalang. Belum lagi suara-suara mesin yang menjadi alunan musik setiap hari. Lengkap dengan radio yang mendengarkan lagu dangdut kesukaan pekerja Bapak. Jadilah hariku penuh dengan sosialisasi harmonis yang kehilangan kata "terganggu". Tapi di hari jumat, orang-orang itu sementara lenyap. Suara-suara mesin dibungkam, dan radio tetap diam. Sunggah nikmat sekali Tuhan :D
Satu lagi yang paling tidak bisa dilupakan setiap Hari jumat adalah, masakan ibu yang lain dari biasanya. Karena di rumahku punya tradisi, makan siang pada Hari jumat harus bebarengan. Kumpul jadi satu setelah Bapak dan adek bungsuku (setelah dia mulai jumatan) pulang dari masjid. Hingga detik ini, aku masih memendam impian untuk menciptakan suasana yang sama setelah aku berkeluarga nanti. :D Naif memang. Tapi apa salahnya? haha
Semua hari terasa sama, kecuali Hari jumat. Mau itu senin, selasa, rabu, minggu, whateve's deh, sama semua. Yang beda selaluuuu jumat. Dimanamlpun aku berada, jumat selalu terasa istimewa. Iya nggak sih? ^^ (iya in aja biar cepet)
Buset, baru sadar kalau aku bikin pembukaan sepanjang Sungai Bengawan Solo. Padahal bukan itu yang ingin aku bahas hari ini. Bukan tentang Hari jumat. haha ngacok mendadak nih. ^^
Dimaapin yak.. :Dv salam damai Indonesia ^^
Okay deh, kita mulai saja.
Jadi begini kawan. Setelah 2 minggu lebih aku kembali ke Semarang untuk meraih gelar sarjana (ciah, sok banget) aku jadi inget aku belum pernah telpon Bapak, Ibu, atau Embah ku. Aku inget itu, gara-garanya mendadak aku telpon Bapak karena dana penyambung nyawaku habis. Alias aku baru sadar kalau uangku nggak cukup untuk sekadar beli nasi di Ibu gang sebelah kos. Bedebah sekali ya aku, sekalinya telpon gara-gara kehabisan duit. Maafkan anakmu ini Bapak -.-
Ya, gara-gara perkara telpon itu juga akhirnya aku keinget Mbah ku. Nenek, simbah perempuan dari Bapakku. Tiba-tiba aja aku kangen dia. :')
Tapi pas mau telpon, malah ada suata mbak-mbak yang bilang "maaf, sisa pulsa anda tidak cukup untuk melakukan panggilan ini". Apa boleh buat, akhirnya sepanjang perkuliahan hari ini aku cuma membayangkan kejadian-kejadian paling dekat bersama embah. Sok melankolis gitu. wkwk
Dan mendadak aja aku ingat sesuatu yang manis dari beliau. Puasa kemarin, Keluargaku dibuat panim dengan datangnya kabar yang menyatakan bahwa embah harus dirawat di rumah sakit karena kecelakaan. Untung nggak parah-parah banget. Kasian udah setua itu -_-
Nah, setelah tarawih, aku baru sempat ngejenguk beliau bareng sama Bapak. Sampai di sana, aku ngerasa wajah embah muruuung banget. Pas aku tanya kenapa, ternyata banyak yang dia galaukan. Yang pertama, karena dia terpaksa harus batal puasa, yang kedua karena dia merasa terkungkung di rumah sakit dan akhirnya nggak bisa ke masjid, dan yang ketiga, (sorry before) karena embah merasa nggak nyaman harus dirawat di rumah sakit kristen yang banyak gantungan salipnya. Pasalnya, si Embah emang agamis banget.
Setelah satu jam lebih kita ngobrol, akhirnya aku dan Bapak pamit pulang. Embah terpaksa harus di rumah sakit sendiri. Karena satu-satunya orang yang bisa nungguin dia sebenarnya aku. Tapi sayangnya aku paranoit sama RS dan bakal gila kalau disuruh di sana sendirian.
Pas kita mau pulang dan Bapak menanyakan apa aja yang perlu dibawain ke RS kalau Bapak besok ke sana lagi, permintaan embah simple sekali kawan. Dia nggak minta makanan enak, nggak minta buah, nggak minta dibawain apalah yang biasanya bisa bikin orang sakit enakan. Ini yang akhirnya membuat aku merasa kurang sekali. Dia cuma menjawab :
"Bawain kaca mata aja di dekat TV. Sama Al Quran per surat. Bawain yang surat Al Imron. Biar bisa cepat khatam."
Oh My God! :')
Sepele ya memang, tapi kalau aku, dalam keadaan tubuh terdapat luka, memar di sana-sini yang pasti nggak enak banget, dan di rumah sakit sendirian padahal aku nggak merasa nyaman. Kalau aku udah nangis bejijakan. Sampai aku "ngrentes" sendiri dengernya.
Itulah kawan, kadang ada hal-hal kecil di sekitar kita yang jarang kita tangkap, tapi ternyata bisa dijadikan sentilan bagi diri kita sendiri. Harusnya aku yang sehat harus lebih giat beribadah. Bukan hanya secukupnya, tapi diusahan seterbaik mungkin. Detik itu aku mendadak menjadi pecundang sekali. Yang selalu beribadah ala kadarnya padahal aku sehat wal afiat. -.-
Silakan diambil sendiri hikmah atau apalah dari tulisanku ini kawan. Semoga, minimal tulisan ini memberi manfaat walau sekadar jadi hiburan di waktu senggang kalian :)
Assalamualaikum..

2 comments:

  1. Makasih ya tyas ^^
    Itu kalau mau yang postingan sebelumnya boleh dibaca, :D
    semoga bermanfaat yaa ^^

    ReplyDelete