ini pertama kalinya aku nulis di Ms Word yang ada di ponselku karena kemarin malam baru coba download.
niatnya biar bisa nulis kapan aja dimana aja :)
Jadi maaf ya kawan kalau banyak yang salah tulis atau tidak nyaman saat membacanya.
Tapi not so bad ternyata. Lumayan dan simple juga. Nggak nyesel masang word di ponsel. hehehe
Paling nggak tetap bisa menulis dan berbagi lewat tulisanku :)
Kali ini, aku mau berbagi cerita yang menurut aku super sekali. Karena ini bulan ramadhan, jadi ceritanya tentang islami gitu.
Beberapa hari yang lalu, di tengah-tengah kesibukkannya, bapak ngedongengin aku cerita ini. Dan jujur aja, aku ingin merasakan apa yang tokoh kedua rasakan mengenai tobat mendadaknya. Karena aku merasa kalau aku pun sama bebalnya dengan mereka yang ada di cerita. Merasa kalau ketakutanku selalu kalah tertimbun nafsu duniawi.
to the poin aja deh yaaa..
jadi begini ceritanya.
Ada anak muda yang baru lulus dari pesantren. Katakan namanya Damar(nama samaran). Masalah agama, dia sudah benar" fasih. Suara azan selalu membangkitkan semangatnya untuk beribadah dan bertemu dengan Allah. Shalat seperti menjadi momen paling indah yang selalu dinanti"kannya.
Suatu hari, Dimas diterima untuk bekerja di sebuah toko yang juga banyak anak muda seusianya bekerja di sana. Sayangnya, mereka memiliki kebiasaan yang tidak baik, seperti judi, mabuk"an, mencuri, zina, meninggalkan shalat, dan lain sebagainya. Beberapa minggu pertama, pemuda alim itu masih menjaga tamengnya kuat-kuat. Imannya tak tergoyahkan. Tapi, menginjak bulan kedua, bujuk rayu teman-temannya berhasil menyeret Dimas ke lingkaran hitam mereka. Fatalnya Dimas suka melakukan semua itu. Lama kelamaan, shalat ditinggalkan, quran dianggurkan, masjid tak pernah jadi tempat tujuan. Semakin jauhlah Dimas dari Tuhan dan keimanan.
Suatu sore, saat adhan asar berkumandang, mendadak Dimas merenung. Perlahan dia menyadari, kalau tingkah lakunya belakangan hanya akan membawanya ke neraka jahanam.
Tiba-tiba, si Dimas berkeyakinan bahwa dia harus bertobat. Dalam perjalanan menuju tobatnya, dia mengajak salah seorang teman yang bekerja di toko itu. Agar mereka tahu, bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah. Sore itu juga, Dimas mengajak satu temannya ke ladang dan meminta temannya untuk masuk ke lumbung padi bersamanya.
Setelah mereka masuk, Dimas mengunci pintu lumbung dan membuang kunci itu. Belum terjawab keheranan temannya, Dimas mengeluarkan korek dan membakar padi kering yang ada di lumbung. Dalam hitungan menit, api berkobar begitu dasyatnya. Membuat semua orang di desa itu panik melihat asap yang membumbung tinggi. Ketika teman Dimas mencoba untuk berlari dan menggedor pintu lumbung, Dimas tangkas menarik dan membanting temannya ke tengah lumbung yang sudah penuh api sambil berkata.
"jangan jadi pengecut! Kita hadapi api ini bersama." Dimas menonjok temannya dan kembali berkata. "api jahanam jauh lebih panas dari pada api ini! Tapi kenapa kita justru berusaha terus menepis dan lari dari kenyataan yang kita jalani? Tahukah kau, kelak diakhirat kita tidak bisa menghindar sama sekali?"
Temannya terdiam, merasakan kobaran api yang semakin membesar. Menahan panas yang berusaha membakar tidak hanya kulitnya, tapi juga hati nuraninya.
Begitu warga berhasil membuka pintu lumbung dan mengeluarkan mereka berdua, teman Dimas terdiam berlinang air mata. Sambil memeluk Dimas, dia berkata, "terima kasih. Kau sudah membakar semua kebebalanku pada keimanan."
Sekian.
begitulah cerita singkat dari bapakku yang akhirnya membuatku berpikir, bahwa api neraka jahanam tak mungkin mampu kita padamkan. Lalu, kenapa selama ini kita yang takut pada api dunia, selalu berusaha melupakan api akhirat yang abadi??
No comments:
Post a Comment